Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Kamis, 21 April 2011

Keluarga Kokoh, Bangsa Sejahtera


Jakarta – Keluarga Indonesia rapuh! Mungkin kalimat ini terdengar hiperbolaberlebihan, tetapi kalau ditilik kembali, sesungguhnya mengandung kebenaran. Tengoklah data perceraian  akhir-akhir ini. Pasca reformasi, angka perceraian naik hingga 4 sampai 10 kali lipat dibandingkan sebelumnya. Di tahun 2009, tercatat 250 ribu perkara perceraian. Jumlah tersebut sebanding dengan 10% dari pernikahan di tahun tersebut. Ironisnya, mayoritas (70%) kasus perceraian di pengadilan agama adalah gugat cerai. Artinya istri yang meminta cerai. Dibandingkan negara-negara Islam di dunia, tingkat perceraian di Indonesia paling tinggi setiap tahunnya. Fenomena apa ini?

Jika ditelusuri lebih lanjut, banyak faktor pendukung kekokohan keluarga yang belum sepenuhnya didapat oleh keluarga Indonesia. Masalah ekonomi, misalnya, masih banyak keluarga Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. BPS menyebutkan angka kemiskinan 2010 tidak banyak berubah dibandingkan 2009, yaitu 14,15%. Pembekalan calon pasangan yang akan menikah terhadap materi bagaimana membentuk keluarga yang solid, kokoh, sakinah mawaddah warahmah juga masih minim. Dirjen Bimas Islam Departemen Agama Nazaruddin Umar menyebutkan bahwa di Indonesia hanya 7 menit pasangan yang hendak menikah mendapatkan nasehat perkawinan, itu pun dilakukan  saat berhadapan dengan penghulu. Bandingkan dengan di Eropa, pasangan yang hendak menikah mendapatkan nasehat perkawinan setara dengan kuliah satu semester.

Tak dipungkuri, lemahnya institusi keluarga telah menimbulkan permasalahan lain, seperti meningkatnya remaja yang melakukan seks bebas. Survei yang dilakukan BKKN pada akhir 2008 menunjukkan 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pranikah. Penelitian lain yang dilakukan oleh seorang ginekolog juga menyebutkan bahwa 42,3% remaja SMP dan SMU di Jawa barat melakukan hubungan seks pertama kali saat di bangku sekolah menengah. Mereka melakukannya berdasarkan rasa saling suka tanpa paksaan. Kondisi itu, tak pelak lagi juga dipengaruhi oleh maraknya pornografi.  Sangat menyesakkan jika kita mengamati betapa pornografi telah menyerang keluarga dan anak-anak Indonesia. Tak pandang bulu, pornografi bisa menjebak siapa saja. Data mencatat 12% situs di dunia mengandung pornografi. Setiap hari 266 situs porno baru muncul dan kini ada sekitar 372 juta halaman website mengandung pornografi. Pengguna internet yang melihat pornografi tercatat, 28.258 pengguna. Selain itu, rapuhnya ikatan keluarga juga menjadi salah satu faktor terjerat remaja dalam jaring narkoba. Diperkirakan 14 ribu (19%) remaja Indonesia menggunakan narkoba. Menyedihkan!

“Kondisi di atas tentunya sangat memprihatinkan. Bagaimana Indonesia bisa menjadi negara kokoh, kuat, dan eksistensinya dihargai  oleh dunia internasional jika sel pertama dalam masyarakat, yaitu keluarga, tak memiliki lingkungan dan daya dukung untuk kokoh dan kuat?”, kata Anis Byarwati, Ketua DPP Bidang Perempuan Partai Keadilan Sejahtera miris.  Melihat fakta dan data tersebut, dan dalam rangka memaknai milad PKS ke-13 dan Hari kartini 2011,  Bidang Perempuan DPP Partai Keadilan Sejahtera terpanggil untuk mengajak semua pihak memperhatikan persoalan ini. “Mari kita bergandengan tangan dan  menguatkan komitmen untuk mengokohkan keluarga Indonesia, kita mencintai negeri ini maka kita harus mencintai keluarga Indonesia, karena dari kekokohan keluarga lah terbentuk negara yang kokoh”, demikian ajak Anis.
sumber: pk-sejahtera.org

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates