Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Rabu, 26 Oktober 2011

Ringkasan Konferensi Internasional tentang “Harmonisasi Peradaban Islam dan Barat menuju Era Baru”

Oleh: Tim dakwatuna.com


0
email
(Dok PIP PKS Belanda)
dakwatuna.com – Berikut ini merupakan ringkasan dan cuplikan dari presentasi yang disampaikan sepanjang acara Konferensi Internasional tentang “Harmonisasi Peradaban Islam dan Barat menuju Era Baru”, 20 Oktober 2011, dari pukul 09.00 s.d 16.30
Konferensi ini diselenggarakan di Hotel Holiday Inn, Leiden, Belanda, pada pukul 09.00 waktu setempat. Pertemuan dimulai dengan pidato pembuka yang disampaikan oleh Ketua Pusat Informasi dan Pelayanan (Selanjutnya disebut PIP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Belanda, Deden S. Permana. Mewakili PIP PKS di Belanda, Inggris, dan Jerman. Deden di dalam pidato pembukanya menekankan bahwa Konferensi ini membawa pesan perdamaian dan dialog, dan juga niat baik dari PKS untuk berkontribusi dalam proses transformasi peradaban dunia menuju keadaan yang lebih baik dan era baru yang penuh dengan kedamaian, keadilan dan kesejahteraan untuk semua. Kemudian sambutan pembuka juga disampaikan oleh Mustafa Kamal, ketua fraksi PKS di Dewan Perwakilan Rakyat yang berbicara mengatasnamakan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq.
Di dalam sambutannya, Mustafa Kamal menyebutkan bahwa tidak ada satupun negara yang bebas dari masalah, baik itu dalam hal ekonomi, sosial-politik, budaya ataupun masalah kerekatan sosial. Termasuk juga Indonesia. Oleh karena itu, setiap negara, bahkan setiap peradaban memerlukan pembelajaran dari praktek-praktek terbaik yang dijalankan oleh negara atau peradaban lainnya. Kebutuhan untuk saling memahami dan bekerja sama pada tingkat internasional menjadi tidak terelakkan. Konferensi ini juga merupakan bagian dari rangkaian aktivitas serupa yang diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat PKS melalui Badan Hubungan Luar Negeri (BHLN) dan secara teknis dieksekusi oleh PIP di sejumlah negara. Pada Januari 2011 acara serupa diselenggarakan di London, dan pada rencana yang akan datang diharapkan bisa  juga diselenggarakan di negeri lainnya.
Diskusi panel pertama kemudian diselenggarakan setelah sesi pembukaan, perhatian dipusatkan pada tema “Barat dan Islam: Refleksi Nilai-nilai Unggul dari masing-masing Peradaban”. Terdapat empat pembicara pada sesi ini, mereka yaitu: Dr. Hidayat Nur Wahid (Anggota DPR, Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat), Anis Matta (Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat) dan George Galloway (Koalisi anti-perang di Inggris, Mantan Anggota Parlemen Inggris) dan Syeikh Ahmed Amir Ali (Presiden dari Akademi Studi Islam Eropa, di Inggris).
Dua issu dibahas oleh Anis Matta:
  1. Krisis, ekonomi dan politik yang melanda dunia Barat dan dunia Islam.
  2. Solusi yang memungkinkan untuk mengatasi masalah yang ada
Anis Matta menyebutkan bahwa peristiwa 11 September telah memperburuk proses komunikasi Barat dengan Islam, dan oleh karenanya perlu diingatkan kepada semua muslim akan pentingnya interaksi melalui dialog dan komunikasi dua arah yang baik.
“Arab Spring” (Musim Semi bagi demokrasi di dunia Arab) telah terjadi, sehingga perlu dicari model baru dari peradaban, negara, pemerintahan dll. Namun, dunia Islam tampak kehilangan narasi peradabannya setelah kejatuhan para diktator di Tunisia, di Mesir dll. Oleh karenanya, penting bagi mereka untuk segera menyusun narasi baru peradabannya dengan pemimpinnya yang baru.
Anis menyatakan bahwa dunia Islam harus memulai narasinya bukan dari titik di mana Barat memulainnya melainkan seharusnya dari titik ketika barat mengakhirinya. Sehingga dia seharusnya merupakan sebuah kelanjutan dan bukanlah sebuah awal yang sama sekali baru.
Ketika ada seorang bertanya tentang bagaimana caranya untuk merealisasikan gagasannya, Anis Matta menjawab dengan menyentuh tiga hal:
  1. Masalah Komunikasi, misalnya: Sentimen segelintir elit di Eropa tidak menggambarkan pandangan masyarakatnya demikian juga sebaliknya di dunia Islam.
  2. Bagaimana kita bisa menaruh isu ekonomi di dalam perspektif kemanusiaan, hal ini merupakan issu bersama.
  3. Bagaimana kita bisa meninjau ulang kurikulum pendidikan kita, sehingga mampu untuk menjauhkan rasa takut, benci sedini mungkin.
Sementara itu, George Galloway mengapresiasi PKS untuk kemampuannya berfikir di luar kebiasaan, dan kepeduliannya dalam permasalahan-permasalahan dunia.
Dia setuju dengan pembicara sebelumnya (Anis Matta) bahwa tidak semua pandangan elite mewakili masyarakatnya. Bush (George W Bush) dan Blair (Tony Blair) ketika mengirimkan pasukan untuk menyerang Iraq. Masyarakat Inggris, dan sekitar dua juta orang di tahun 2003, keluar untuk menentang kebijakan perang.
Berdasarkan pengalaman pribadinya, dia tidak pernah bertemu seorang muslim pun yang berperilaku anti bara seperti anti pohon natal. Galloway melihat bahwa yang Muslim inginkan adalah 1) Tidak mendikte Barat 2) Tidak didikte Barat. Galloway pun mengajukan tiga syarat yang harus dipenuhi jika Harmonisasi ingin dicapai.
  1. Kemerdekaan absolut untuk Palestina
  2. Menghentikan perang berkepanjangan di negeri-negeri Muslim
  3. Menghentikan penciptaan dan dukungan pemimpin dan pemerintahan boneka di negeri­ negeri Muslim. Jika hal-hal tersebut masih terjadi maka tidak akan ada hubungan yang normal antar peradaban.
Akhirnya demokrasi harus berlaku untuk seluruh manusia dan seluruh belahan bumi, tidak boleh ada standard ganda ataupun hipokrasi yang digunakan di dalam kebijakan dari pemerintahan manapun.
Dalam paparannya, Dr. Nur Wahid menyimpulkan bahwa seharusnya tidak ada sekat bagi Muslim untuk belajar dari non-Muslim dan begitu pun sebaliknya. Baik Islam maupun Barat harus memainkan perannya dalam membawa kesejahteraan kepada seluruh dunia secara aktif, dan bertanggung jawab. Keduanya perlu untuk menemukan pendekatan yang efektif dan metode yang tepat untuk mencapai tujuan bersama.
Pada kesempatannya berbicara, Syeikh Ali mempertimbangkan bahwa merindukan nilai­-nilai fundamental dari Islam dan juga sebaliknya. Dia mengakui bahwa telah terjadi kesalahpahaman dalam proses komunikasi kedua peradaban, dan kesalahpahaman tersebut disebabkan oleh kesalahan orang per orang pada kedua belah pihak.
Sesi panel yang kedua, konferensi dimulai setelah istirahat makan siang, di bawah sub-tema “Mempercepat hadirnya Era Baru: Upaya menekan Korban dari Kontraksi dan Kontradiksi antar Nilai Budaya”. Empat pembicara berbagi gagasannya dalam sesi ini, mereka adalah Laureen Booth (Seorang Jurnalis dan Pembawa Acara dari Inggris), Dr. Ibrahim El-Zayat (Ketua dari Sejumlah Organisasi Muslim dan Masjid di Jerman), Arif Havas Oegroseno (Duta Besar Republik Indonesia untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa) dan Mustafa Kamal (Ketua fraksi PKS di DPR RI).
Laureen Booth, yang memeluk Islam pada tanggal 19 Oktober 2010 memulai presentasinya dengan berbagi pengalaman dalam pencarian panjang akan kebenaran, dimulai dari interaksinya dengan Muslim dan berubah-ubahnya persepsi yang dia miliki tentang Islam. Booth menceritakan kisahnya yang cukup inspiratif hidup sebagai seorang perempuan Muslim di Barat, bagaimana dia tetap mempertahankan keimanannya dan bagaimana juga mayoritas Muslim berintegrasi dengan baik dengan sistem sosial di Barat. Dia kemudian menyebutkan urgensi bagi Muslim untuk menunjukkan kasih sayang dan memelihara kepercayaan diri sebagai Muslim dengan cara berdialog dengan masyarakat dimana mereka tinggal.
Pada kesempatan kedua Dr. El-Zayat mengeksplorasi apa yang terjadi baru-baru ini di dunia Arab yang memiliki kekuatan untuk membantah sikap prejudice terhadap Arab dan Muslim bahwa mereka adalah diktator, penuh kekerasan, menekan perempuan, dan terasosiasikan dengan aktivitas ekstrim. El-Zayat menyentuh kegagalan dari sistem ekonomi kapitalis yang membuat semua orang mencari sistem ekonomi alternatif. El-zayat juga memandang bahwa nilai-nilai dari institusi keluarga yang merupakan nilai mendasar dari ajaran Islam merupakan kunci pembentukan masyarakat yang sehat, yang mampu diperkenalkan secara menarik, aktual dan berkelanjutan hingga tercapai era baru.
Dubes Oegroseno menyajikan narasinya yang berjudul: “The New Era – Now – Beyond”. Dimulai dengan bertanya kepada audiens pertanyaan sebagai berikut ini: Apakah Eropa berada pada “jalur yang benar”, dan apakah Eropa sedang menurun? Kemudian Oegroseno menyajikan sebuah prediksi bahwa Asia pada tahun 2050 memiliki kemungkinan untuk mengendalikan 51% dari aktivitas ekonomi dunia, sementara itu Amerika hanya 25% dan Eropa harus puas dengan 10% saja. Mesin pertumbuhan di Asia, termasuk Cina, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Thailand. Kunci menuju dialog dalam era baru adalah: Evaluasi diri, menghindari Stereotype, Integrasi Sosial dan Fasilitasi Ekonomi.
Mustafa Kamal, menyarankan agar kedua peradaban mengubah caranya dalam menulis sejarah. Lanjutnya, narasi sejarah kita pada umumnya ditulis dengan pendekatan konflik, dimana konflik diambil sebagai pusat dari penulisan sejarah. Sementara itu pendekatan baru dalam penulisan ulang sejarah yang berbasiskan harmoni harus mulai diperkenalkan dan diajarkan kepada generasi muda, sehingga ide harmonisasi antar peradaban ini tidak hanya dinikmati di ruangan konferensi ini akan tetapi juga kita bisa meyakinkan bahwa semangatnya tertular kepada generasi kita berikutnya.
Keseluruhan sesi panel ini dimoderasi oleh Novrizal Bahar, dan dihidupkan dalam suasana diskusi.
Sebagai penutup rangkaian acara pada konferensi ini, pidato penutup disampaikan oleh Dr. Hidayat Nur Wahid. Hidayat menekankan bahwa diskusi penting seperti ini harus dilanjutkan, gagasan-gagasan dan pemikiran penting yang disajikan sepanjang konferensi harus disebarluaskan atas keyakinan bahwa terlalu banyak yang bisa dibagi bersama-sama oleh kedua peradaban, dan atas keyakinan akan pesan dari ajaran Islam “Wata’awanu ‘alal birri wa taqwa, wa laa ta’awanu ‘alal itsmi wal udwaan”, yakni, bahwa setiap kita butuh berkoordinasi dan bekerja sama dalam hal-hal yang positif. Ini adalah tradisi, ajaran, moralitas dan nilai dasar dari ajaran Islam.
Konferensi ditutup pada pukul 16.30 waktu setempat.
Leiden, 20 Oktober 2011
Kepala Bagian Hubungan Luar Negeri DPP PKS
Budiyanto
Siaran Pers dalam Bahasa Indonesia ini merupakan terjemahan dari Siaran Pers yang dibuat dalam Bahasa Inggris.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15877/ringkasan-konferensi-internasional-tentang-harmonisasi-peradaban-islam-dan-barat-menuju-era-baru/#ixzz1brLrK4w4

Sabtu, 22 Oktober 2011

Comic of the day....

Mungkin kita banyak mengenal orang, tetangga, teman, saudara, kerabat, kenalan di bis, bahkan selebritis. Tetapi, ada sebuah pertanyaan besar yang sering kita lewatkan dan tak terlalu sering kita sadari, yaitu kenalkah kita dengan diri sendiri? 


Jumat, 21 Oktober 2011

10.000=2 nasi bungkus + 2 teh + 6tahu isi dan mendoan

Pagi ini sy jalan2 ke pasar pagi di Purworejo, tempat kelahiran Pahlawan Nasional Ahmad Yani dan Sarwo Edhie Wibowo sekaligus tempat kelahiran Untung sang tokoh PKI. Pasar yg betul2 pagi karena mulai buka jam 3 pagi. Saat para pedagang mulai mengais rejeki. Jalan2 dalam rangka pengecekan atas saudara yg mau mengajukan pinjaman utk usaha dagangnya. sekedar memastikan apakah 2 kios dagangnya benar2 berjalan normal. Sy aduk2 seluk beluk pasar dg segala keramahan semua penghuninya. Di tengah pasar yg jauh dari hiruk-pikuk resufel kabinet itu, cermin multi etnis ada disana. Saat ide nyate kambing muncul begitu saja, maka sy putuskan beli daging kambing. Penjualnya sy ajak ngomong dg bahasa jawa. "Piro iki kang", tanya saya. "Iku lima puluh ribu", jawabnya. Lalu "kok larang men tho", kata saya lagi. "Nggak ini sudah murah, beli semua saja Pak", katanya. Saat itu sy sadar orang ini pasti nggak bisa basa jawa. Maka saya tanya "dari mana. Mas?", " sy dari Sulawesi Pak". Saya timpali lagi "lha kok disini, nggak jualan sama Yusuf Kalla saja". Sy baru tahu bahwa disampingnya istrinya ternyata orang jawa. Saya teruskan jalan-jalannya, dan beli kue kelapa, lagi2 pedagangnya gak bisa basa jawa, ternyata dia dari Tasikmalaya. Lalu lagi seorang kuli panggul barang, dg terbata2 melayani pertanyaan bhs jawa saya. Itulah cermin Indonesia yg begitu harmonis dalam keragaman etnis, budaya dan agama. Saya temui itu semua nun jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Saat perut mulai keroncongan, sy ajak adik yg ngantar saya utk sarapan, karena matahari mulai menyembul. Makan 2 bungkus nasi, dg lauk mi goreng dan gudeg jogya. Agar mak nyuss, plus tahu isi dan teh manis. Setelah puas menikmati itu semua, sy sempatkan bawa pulang 6 tempe mendoan. Lalu sy minta si mbok pemilik kedai menghitung berapa ongkosnya. Lalu dia jawab ,sepuluh ribu Mas. Setengah tidak percaya, sy bilang lagi, coba hitung lagi mbok. Iya Mas semua sepuluh ribu. Lalu sy ulurkan dua lembar uang 5 ribuan. Sambil jalan pulang, Ya Allah, para penghuni pasar ini mereka saling bantu satu sama lain. Si mbok pemilik kedai, membantu para pedagang pasar pagi, tukang parkir dan kuli panggul dg menyediakan makan dg harga terjangkau. Gak perlu untung banyak, yg penting bisa menyambung hidup. Dibenak saya berkecamuk pikiran, lha tempe mendoan itu kalu dijakarta dijual 2000 an, disini cuma 500 perak. Jakarta lebih mahal 4x dalam hal harga tempe mendoan. Sy bayangkan cara berfikir si mbok tadi dan para pialang saham di IDX atau wall street sana. Benarlah kata Gandi "Dunia seisinya cukup utk menghidupi seluruh penduduk bumi, tapi tidak cukup menghidupi satu saja orang serakah dan tamak". Berbahagialah yg dapat mensyukuri yg ada, tanpa kehilangan semangat untuk maju dalam kewajaran.

Catatan singkat mengisi libur pendek (copas dari milis sbelah)
Published with Blogger-droid v1.7.4

Kamis, 20 Oktober 2011

Harga diri

Harga Diri - Irwan Prayitno
Published with Blogger-droid v1.7.4

Panduan qurban dan pembahasannya

Panduan Qurban dan Pembahasannya
Published with Blogger-droid v1.7.4

Rabu, 19 Oktober 2011

Islamic Quiz (penuh hikmah)

Ini kuiz mengandung hikmah yg baik sekali. Mohon ikuti dg fun saja dg mengisi titik2 yg ada pd kalimat di bwh ini. Anda cukup menyimpan jawaban Anda di dlm memori fikiran saja.
Kuiz:
1. Allah ciptakan tertawa dan...
2. Allah itu mematikan dan ....
3. Allah ciptakan lelaki dan ....
4. Allah memberikan kekayaan dan ....
Jawaban atas quiz itu pd umumnya adalah:
1. Menangis,
2. Menghidupkan,
3. Perempuan,
4. Kemiskinan.
Mari kita cocokkan jawaban tsb dgn rangkaian ayat dlm QS Al-Najm [53]: 43-48:
43. ... Dialah yg menjadikan org tertawa dan MENANGIS;
44. ... Dialah yg mematikan dan meng-HIDUP-kan;
45. ... Dialah yg menciptakan ... laki2 dan PEREMPUAN;
48. ... Dialah yg memberi kekayaan dan KECUKUPAN.
Ternyata jawaban kita utk no 1-3, umumnya cocok dg Al-Quran. Tapi, jawaban kita utk no 4 umumnya tidak cocok. Jawaban versi Quran bukan KEMISKINAN, tapi... KECUKUPAN. Sesungguhnya Allah SwT hanya memberi kekayaan & kecukupan. Yg menciptakan kemiskinan adalah kita sendiri, manusia. Bisa karena ketidakadilan ekonomi; bisa juga karena rasa miskin itu kita bangun di dlm pikiran kita sendiri.
Published with Blogger-droid v1.7.4

Minggu, 16 Oktober 2011

Cinta Bersemi Di Pelaminan


By Anis Matta
Lupakan! Lupakan cinta jiwa yang tidak akan sampai di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Misalnya yang dialami Nasr bin Hajjaj di masa Umar bin Khattab.
Ia pemuda paling ganteng yang ada di Madinah. Shalih dan kalem. Secara diam-diam gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar mendengar seorang perempuan menyebut namanya dalam bait-bait puisi yang dilantunkan di malam hari. Umar pun mencari Nasr. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, ketampanannya telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis Madinah. Akhirnya Umar pun memutuskan untuk mengirimnya ke Basra.
Disini ia bermukim pada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Celakanya, Nasr justru cinta pada istri tuan rumah. Wanita itu juga membalas cintanya. Suatu saat mereka duduk bertiga bersama sang suami. Nasr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh seorang istri. Karena buta huruf, suami yang sudah curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu. Hasilnya: aku cinta padamu! Nasr tentu saja malu kerena ketahuan. Akhirnya ia meninggalkan keluarga itu dan hidup sendiri. Tapi cintanya tak hilang. Dia menderita karenanya. Sampai ia jatuh sakit dan badannya kurus kering. Suami perempuan itu pun kasihan dan menyuruh istrinya untuk mengobati Nasr. Betapa gembiranya Nasr ketika perempuan itu datang. Tapi cinta tak mungkin tersambung ke pelaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nasr meninggal setelah itu.
Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh dilahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Pastilah cinta yang begitu akan menjadi penyakit. Sebab cinta yang ini justru menemukan kekuatannya dengan sentuhan fisik. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa saling tersambung. Maka ketika sentuhan fisik jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi penyakit.
Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nasr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.
Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan.

Jumat, 14 Oktober 2011

Nikmati Jalan Dakwah Ini | namaku cahyadi takariawan

Nikmati Jalan Dakwah Ini 
by: Pak Cah

Terlalu sering saya sampaikan, agar kita tidak gagal dalam menikmati jalan dakwah. Dalam berbagai forum dan tulisan, saya selalu mengajak dan mengingatkan, agar kita selalu menjadikan jalan dakwah ini sebagai sesuatu yang kita nikmati. Segala renik yang ada di sepanjang jalannya: suka dan duka, tawa ria dan air mata, kemenangan dan kepedihan, tantangan dan kekuatan, sudahlah, semua itu adalah bagian yang harus bisa kita reguk kenikmatannya.
Di antara doa yang sering saya munajatkan adalah, “Ya Allah, wafatkan aku dalam kondisi mencintai jalan dakwah, dan jangan wafatkan aku dalam kondisi membenci jalan ini.” Tentu saja bersama doa-doa permohonan lainnya. Saya tidak ingin menjadi seseorang yang mengurai kembali ikatan yang telah direkatkan, mengungkit segala yang telah diberikan, dengan perasaan menyesal dan meratapi segala yang pernah terjadi di jalan ini.
Saya merasa bukan siapa-siapa, dan hanya seseorang yang mendapatkan banyak kemuliaan di jalan ini. Mendapatkan banyak saudara, mendapatkan banyak ilmu, memiliki banyak pengalaman, mengkristalkan banyak hikmah, menguatkan berbagai potensi diri, menajamkan mata hati dan mata jiwa. Luar biasa, sebuah jalan yang membawa berkah melimpah. Maka, merugilah mereka yang telah berada di jalan ini tetapi tidak mampu menikmati.
Maka mari kita nikmati jalan dakwah ini, “sebagai apapun” atau “tidak sebagai apapun” kita. Posisi-posisi dalam dakwah ini datang dan pergi. Bisa datang, bisa pergi, bisa kembali lagi, bisa pula tidak pernah kembali. Bisa “iya” bisa “tidak”. Iya menjadi pengurus, pejabat, pemimpin dan semacam itu; atau tidak menjadi pengurus, tidak menjadi pejabat, tidak menjadi pemimpin, tidak menjadi apapun yang bisa disebut.
Kamu siapa ?
“Saya pengurus partai dakwah”. Ini bisa disebut.
“Saya pejabat publik yang diusung oleh partai dakwah”. Ini juga bisa disebut.
“Saya pemimpin organisasi dakwah”. Ini sangat mudah disebut.
“Saya kepala daerah yang dicalonkan dari partai dakwah”. Ini cepat disebut.
Tapi, kamu siapa ?
“Saya orang yang selalu berdakwah. Pagi, siang, sore dan malam. Kelelahan adalah kenikmatan. Perjuangan adalah kemuliaan. Saya bahkan tidak tahu, apa nama diri saya. Karena saya lebih suka memberikan hal terbaik bagi dakwah, daripada mencari definisi saya sebagai apa di jalan ini”.
Ya. Nikmati saja jalan ini. Sebagai apapun, atau tidak sebagai apapun diri kita di jalan dakwah. Jangan gagal menikmati.
Selesai Rapat di Markaz Dakwah, Simatupang.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates