Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Minggu, 10 April 2011

Planet ” Bumi ” Baru

Bulan April 2008 pakar astronomi Spanyol mengumumkan bahwa mereka telah menemukan planet terkecil yang terletak di luar sistem tata surya. Planet tersebut berjarak 30 tahun cahaya dari bumi. Mereka berharap dapat segera menemukan planet kembaran bumi dengan teknik pendeteksi terbaru.


Ahli astronomi Spanyol berhasil mendeteksi lokasi planet kecil tersebut.
Dengan teknik pendeteksi barunya, mereka mampu mendeteksi planet yang jauh lebih kecil daripada gas raksasa yang sebelumnya hanya merupakan tipe planet yang dapat dideteksi oleh ilmuwan di sistem tata surya lain.
Planet baru ini berbentuk bola kecil berbatu, lebih mirip bumi, ketimbang kumpulan massa gas cair yang berputar yang membentuk planet lain seperti yang ditemukan sampai saat ini.
Para ahli astronomi berharap agar dapat mengidentifikasi planet mirip bumi ini dengan metode pendeteksian baru mereka.
Planet berbatu yang dikenal sebagai “GJ 436T” memiliki massa lima kali lebih kecil dibanding bumi. Hal ini membuatnya menjadi planet extrasolar atau exoplanet (planet yang berada di luar sistem tata surya) terkecil yang pernah dikenal sejauh ini. Planet tersebut berjarak 30 tahun cahaya dari bumi di konstelasi bintang Leo.
Gj 436T ditemukan sekumpulan pakar astronomi Spanyol yang dipimpin Ignasi Ribas. Metode pendeteksian mereka menggunakan analisa distorsi di orbit planet lain yang lebih besar.
“Dalam hal ini kita tidak menggunakan perturbasi atau gangguan (perubahan orbit obyek langit disebabkan oleh interaksi gravitasi dengan obyek langit lain) pada bintang (matahari) namun kita menggunakan perturbasi atau gangguan pada planet lain yang telah dikenal di sistem, jelas Ignasi Ribas. “Planet ini memiliki orbit yang eksentrik, orbit berbentuk elips yang kemudian berubah menjadi bentuk lingkaran, sungguh suatu hal yang mengejutkan” katanya.
Ribas sangat berharap segera menemukan planet mirip bumi dengan teknik baru ini.
“Hal ini selangkah lebih maju, dalam menemukan semakin banyak obyek-obyek mirip bumi,” kata Ribas kepada wartawan NTD. “Kemungkinan di masa mendatang, kurang dari satu dekade, kita akan mempunyai kembaran bumi pertama yang mungkin telah terdeteksi.”
Selanjutnya Ribas mengatakan bahwa planet baru ini tidak dapat dihuni karena berkaitan dengan jaraknya yang terpisah dari bintang (matahari)nya. Nampaknya, untuk dapat mendukung kehidupan, suatu planet harus memiliki massa yang menyerupai bumi, dan memiliki jarak orbit ke bintangnya menyerupai jarak dari bumi ke matahari. (NTD News/James Fish)

Bukti dari Zaman Nabi Nuh

Sekelompok peneliti underwater surveyors yang diketuai oleh Dr. Robert Ballard, yang juga telah menemukan Titanic, telah menemukan sebuah bangunan lama berusia kira-kira 7.500 tahun di dasar Laut Hitam, dekat pantai Turki. Mereka telah menemukan struktur bangunan dari batu dan kayu di kedalaman beberapa ratus kaki. Penemuan mereka menjadi bukti dari kejadian banjir besar di zaman Nabi Nuh.


Para ilmuwan mempercayai bahwa penemuan tersebut membuktikan keberadaan sebuah kawasan yang telah tenggelam yang disebabkan oleh banjir besar yang melanda sekitar 5000 SM. Menurut teori mereka, banjir besar tersebut disebabkan oleh adanya pencairan gletser dari tanah tinggi di Eropa. “Ini merupakan penemuan yang sangat menakjubkan,” kata Dr. Ballard di dalam rancangan National Geographic Society bertajuk “Research Ship Northern Horizon”.
Ballard menerangkan bagaimana sebuah robot bawah air meninjau 300 kaki di bawah permukaan air, telah menemukan kawasan segi-empat berukuran 12 x 45 kaki persegi, di mana terdapat sebuah struktur dari kayu dan tanah liat yang telah runtuh. “Beberapa artefak yang ditemukan di sana tersimpan rapi yang terdiri dari kayu berukir, beberapa cabang kayu dan peralatan dari batu yang telah runtuh dan diselimuti lumpur,” imbuh Ballard.
Dr. Ballard dan timnya mengawali penelitian di kawasan tersebut setelah dua kapal selam pakar geologi dari Universitas Colombia di New York menyatakan bahwa keadaan tersebut disebabkan oleh banjir besar ribuan tahun sebelumnya. Mereka meramalkan apabila zaman es berakhir 12.000 tahun yang lalu, maka gletser mulai mencair. Kawasan timur Mediterania yang terputus dari Laut Hitam telah menyebabkan Laut Hitam tidak tenggelam oleh air walaupun permukaan air laut yang lain telah naik. Hal ini menyebabkan pada sekitar 7.000 tahun yang lalu, genangan awal di Bosphorus telah pecah menyebabkan air di Laut Mediterania melimpah ke timur menjadi Laut Hitam yang memang terputus dari laut-laut yang lain. Kekuatan limpahan air tersebut diperkirakan 10.000 kali daripada air terjun Niagara.
Mereka menyatakan bukti ilmu pengetahuan, menunjukkan bahwa kulit kerang dari kawasan tersebut berusia lebih 7.000 tahun, manakala kulit kerang dari laut lain berusia sekitar 6.500 tahun. Ballard menerangkan, “Banyak kasus yang terjadi apabila air tawar dari sebuah telaga berubah menjadi air asin dan dampak banjir besar tersebut menyebabkan kawasan daratan yang sangat luas berubah menjadi dasar laut”. (Sumber: James Chapman, Daily Mail, UK)

NAVIGASI PANTAI

Navigasi pantai adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di daerah pantai. Navigasi pantai jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan navigasi rawa dan sungai, sebab sebuah garis posisi sudah diketahui, yaitu sebuah garis tepi pantai, jadi hanya dibutuhkan sebuah tanda lagi untuk melakukan resection. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan patokan adalah: – sudut arah dari garis pantai; - tanjung atau teluk; – muara sungai;- pulau atau karang yang terdapat disekitar pantai; – bukit yang terdapat didaerah pantai; – kampung nelayan

Jika sudah terlatih navigasi gunung hutan, maka navigasi di daerah pantai tidak menjadi masalah, karena pada navigasi pantai lebih ditekankan pembacaan peta. Tanpa bantuan kompaspun sebenarnya kita dapat berjalan di tepi pantai, kompas dibutuhkan jika harus melakukan perjalanan potong kompas, menghindari rintangan yang berupa tebing terjal yang tidak mungkin untuk dilewati.
Langkah-lagkah yang harus dilakukan dalam navigasi pantai:
1) Plot posisi kita dengan cara resection.
2) Berjalan mengikuti garis pantai selama masih memungkinkan.
3) Catat waktu perjalanan untuk waktu yang berbeda atau tiap menjumpai tanda yang mudah dikenal. Ini dilakukan untuk mempermudah kita jika kehilangan posisi. Periksa posisi kita di peta setiap menjumpai tanda-tanda medan yang mudah dikenal, misalnya tanjung dan muara sungai.
4) Jika menemui rintangan yang berupa tebing karang yang tidak mungkin dilewati, lakukan resection untuk menentukan posisi terakhir sebelum tebing tersebut. Setelah itu rencanakan perjalanan melambung dengan bantuan kompas sampai melewati rintangan. Pada tebing karang, umumnya perjalanan harus melewati tanjakan dan turunan yang terjal.

Materi Peralatan Dan Keselamatan

A. Peralatan

Tujuan
Setelah mempelajari hal ini, peserta diharapkan akan mampu :
1. Mengetahui semua jenis peralatan vertical rescue.
2. Mengetahui fungsi peralatan vertical recue.
3. Menggunakan peralatan vertical rescue.
4. Mendemontrasikan mengamankan diri di lingkungan vertical.
Jenis peralatan Evakuasi / vertical rescue.
1. Harness
Harness berfungsi sebagai dudukan/tambatan tubuh, atau alat yang digunakan sebagai pendukung keselamatan saat bekerja/beraktifitas di ketinggian. Untuk itu harness yang digunakan harus memenuhi persyaratan :
a. Nyaman saat digunakan sehingga rescuer dapat bekerja dengan leluasa.
b. Dilengkapi dengan tempat menambat/atau pengaman utama tubuh..
c. Disisi sabuk pinggang dilengkapi loop untuk tempat cantolan peralatan.
d. Mampu menahan hentakan, minimal 16 KN.
Type
Secara umum harness dibedakan berdasarkan bentuknya.
a. Sit harness.
• Free style, sit harness yang besar kecilnya dapat di atur sesuai dengan tubuh penggunannya.
• Fixe style, sit harness yang besarnya sudah ditentukan dari pabrikan, sesuai dengan ukuran masingg-masing (XS,S,M,XL).
b. Full body harness.
Fullbody harness berfungsi sama seperti harness, akan tetapi berbeda dalam ukuran dan bentuk, fullbody harness digunakan pada seluruh tubuh dan memiliki tempat untuk pengaman/tambatan yang terletak di dada dan ada juga fullbody yang memiliki tempat pengaman/tambatan yang terletak di punggung. Fullbody harness biasa digunakan oleh pekerja yang melakukan pekerjaan di medan-medan sulit/ketinggian, akan tetapi dapat juga digunakan untuk high angle rescue technique, baik digunakan oleh rescuer maupun oleh koban.
c. Chest harness (Harness Dada).
Chest harness berfungsi sebagai pengaman dada, biasanya chest harness digunakan pada ascending mechanical system sebagai penghubung croll (chest ascender). Akan tetapi skarang dipasaran banyak beredar chest harness fabrikasi yang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Selain itu chest harness dapat dibuat dengan menggunakan modifikasi webbing dan dihubungkan dengan simpul pita.
Selain harness yang dibuat fabrikasi, di kenal juga improvisasi harness yang terbuat dari webbing, berikut ini beberapa cara yang sering digunakan untuk membuat improvisasi harness.
2. Carabiner
Carabiner / cincin kait adalah metal pengunci yang berfungsi sebagai penghubung antar peralatan. Bentuknya oval, delta, atau modified delta, mempunyai per pembuka yang terpasang pada bagian memanjang.
Spesifikasi :
a. Gates.
Gate/pintu digunakan untuk memasukkan tali atau sling, terbuat dari steel atau alloy, dilengkapi pembuka gate,screw/ pengunci, dan non screw.
b. Kekuatan.
Setiap fabrikasi carabiner mencantumkan nilai kekuatan, dan ditempatkan pada sisi memanjang dari carabiner. Kekuatan minimum carabiner 2000 Kg.
c. Perawatan.
Setiap peralatan yang terbuat dari steel dan alloy, perawatannya adalah tidak boleh menjatuhkannya atau memukulkan pada permukaan yang keras.
Yang direkomendasikan untuk vertical rescue adalah carabiner screw gate.
Carabiner screw gate.
Selama menggunakan dua carabiner dengan dibuat dengan posisi berlawanan adalah aman, ini dapat diganti dengan sebuah carabiner screw gate. Design khusus sangat bervariasi tergantung pembuatnya.
Safety dan pemakaian carabiner.
• Carabiner di design dengan pembebanan memanjang.
• Bagian terlemah dari carabiner adalah gate, kekuatan carabiner akan berkurang dan kemungkinan akan menyebabkan rusak/patahnya carabiner tersebut.
• Getaran dapat menyebabkan sleve pengunci dapat terbuka. Apapun type carabiner yang digunakan Rescuer, harus tetap dimonitor setiap saat.
3. Mallion rapide.
Mallions di sebut juga quiklinks atau screwlinks. Ukuran dan bentuk ada beberapa macam (oval,delta dan halfmoon), rate strange mencapai 6000 kg. Mallions diproduksi dari bahan steel dan alloy khusus, cocok untuk berbagai teknik. Delta mallion menguntungkan digunakan beban dari tiga arah, seperti sebagai gantungan tandu.
4. Descender
Descender adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni medan vertical dan tali sebagai jalur.
Jenis descender :
* Figure of eight
Bentuknya menyerupai angka 8, ukuran dan bentuknya bermacam-macam, rate strange 3000 kg.
Kelemahan alat saat digunakan, menggunakan alat ini menyebabkan puntiran pada tali, keausan akibat gesekan, tidak dilengkapai sistem penguncian, hanya direkomendasikan untuk bidang vertical kurang dari 50 m. Dapat digunakan untuk tali diameter 8 – 13 mm, akan tetapi untuk tali diameter 8 mm, direkomendasikan menggunakan teknik double rope.
* Grigri.
Grigri berfungsi sebagai alat belay dan descender. Dilengkapi dengan handle release untuk mengontrol kecepatan belaying maupun descending. Dilengkapi dengan handel agar pengguna dapat mengontrol kecepatan saat descending, dan mengunci automatis saat handel dilepaskan. Sebagai belay device grigri dapat dengan mudah digunakan, karena pengguna dapat dengan cepat merelease ataupun menarik apabila dibutuhkan. Selain itu alat ini dapat juga digunakan untuk ascending dengan tambahan kombinasi ascender. Dapat digunakan untuk tali diameter 10 – 11 mm.
Beberapa contoh penggunaan grigri
* Autostop
Autostop berfungsi sebagai desender dan ini didesign untuk pengereman automatis, system kerja pengereman automatis akan bekerja ketika handle kita lepaskan. Selain itu alat ini dapat juga digunakan sebagai alat belay (belay device) untuk menurunkan korban dari ketinggian, atau dapat juga kita gunakan untuk ascending dengan tambahan kombinasi ascender. Dapat digunakan untuk tali diameter 10 – 11 mm. Direkomendasikan untuk medan vertical sepanjang kurang dari 100 m.
* Simple.
Konstruksi alat ini kurang lebih sama dengan auto stop, akan tetapi tidak dilengkapai dengan system handle pengereman automatis, jadi kecepatan descending disesuaikan kecepatan release pengguna. Dapat digunakan untuk tali diameter 9 – 11 mm, dengan modifikasi penggunaan dapat digunakan untuk menuruni tali dalam kondisi terbebani (tegang). Direkomendasikan untuk medan vertical kurang dari 100 m.
5. Ascender.
Ascender adalah alat bantu yang digunakan untuk meniti medan vertical/kemiringan dan tali digunakan sebagai jalur.
Sistem kerja alat ini mencengkram pada tali saat terbebani, sehingga dapat menahan beban, dan bergerak saat didorong keatas tanpa terbebani. Kekuatannya terletak pada gerigi yang menahan cengkraman saat kontak dengan tali.
Jenis ascender :
a. Ascender handle.
Ascender jenis ini dilengkapi handle sebagai pegangan yang dilengkapi dengan plastik maupun karet agar pengguna merasa nyaman saat menggunakannya. Dengan modifikasi pulley, ascender jenis ini dapat digunakan untuk membuat hauling set saat menarik korban atau membuat tarikan 1 arah pada vertical rescue. Dapat digunakan untuk tali diameter 8 – 13 mm.
b. Ascender non handle.
Fungsi dan kegunaan sama dengan ascender with handle, akan tetapi ascender jenis ini tidak dilengkapi dengan handle sebagai pegangan, ascender jenis ini biasa digunakan sebagai chest ascender, rope grab, maupun self belay. Dapat digunakan untuk tali diameter 8 – 13 mm.
Perawatan :
- Jangan menjatuhkan, membenturkan ascender pada benda yang keras.
- Lakukan perawatan, cuci dengan air bersih, keringkan dan lumasi bagian-bagian yang terdapat pegas, bersihkan dari karat.
- Gunakan sesuai dengan kekuatan yang direkomendasikan dari pabrik.
6. Pulley.
Pulley biasa juga di sebut katrol. Alat ini di design untuk menggurangi friksi tali atau pengganti arah kerja tali.
Beberapa jenis pulley dibuat khusus untuk pekerjaan di bidang vertical/ketinggian dan memiliki fungsi antara lain :
• Dapat dilewati oleh tali yang memiliki sambungan simpul,
• Memiliki lubang/hole yang dapat ditempati oleh 2 atau lebih pengaman.
• Memiliki peralatan pendukung yang dapat membantu memudahkan pekerjaan (pulley+ascender).
Perlu diperhatikan bahwa pulley yang digunakan meyakinkan bahwa kondisinya baik dan tidak merusak tali.
Rate strength lebih dari 1500 kg.
7. Peralatan Tambahan
Peralatan tambahan merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu/memudahkan kegiatan Rigging (Lintasan Untuk Vertical Rescue).
* Rigger Plate
Rigger plate berfungsi sebagai plat conector/penghubung dari anchor point ke lintasan, karena dalam beberapa kasus dibutuhkan beberapa lintasan dalam satu (1) anchor point fix.
Rigger plate terdiri dari sebuah plat yang memiliki beberapa lubang, yang dapat ditempati oleh lebih dari 2 pengaman.
Gambar Rigger Plate .
* Swivel
Swivel merupakan peralatan tambahan yang berfungsi unuk mencegah terjadinya puntiran pada tali.
8. Rope protector.
Kegunaannya memberi perlindungan pada tali dari gesekan benda tajam, seperti gesekan tali dengan sudut tebing, dinding,dll.
Beberapa jenis rope protector dibuat untuk penggunaan pada lingkungan/kondisi yang berbeda.
Jenis rope protector :
* Padding.
Terbuat dari bahan terpal, canvas, Matras, karet tebal yang tahan terhadap gesekan. Rope protector jenis inilah yang dapat di modifikasi dengan menggunakan Canvas Fire Hose .
* Edge Rollers.
Merupakan rope protector buatan fabrikasi yang telah didesign untuk mencegah terjadinya friksi antara tali dan sudut bidang, dinding, dll.
B. Keselamatan.
Keselamatan adalah segala tindakan yang harus dilakukan untuk menghindari kejadian/kecelakaan yang fatal, hal ini adalah kebutuhan setiap orang/rescuer yang melakukan pekerjaan. Prioritas utama dalam pertolongan di medan vertical adalah rescuer, kemudian orang disekitar dan korban.
1) Langkah penolong untuk keselamatan.
* Selalu berlatih.
* Peralatan selalu terpelihara dan siap pakai.
* Berfikir logis terhadap tugas yang harus dilakukan.
* Selalu penuh perhatian dan konsentrasi.
* Kerjasama tim.
* Kejelasan tugas yang harus dikerjakan setiap personil.
Memonitor/mewaspadai.
* Memonitor untuk mengadakan pengecekan ke seluruh bagian, (seperti, system anchor, simpul-simpul, tali).
* Mewaspadai bagian sudut yang tajam.,peralatan yang belum terkunci.
* Mengatakan stop jika melihat hal – hal yang membahayakan .
Penunjukan safety officer / pengawas keselamatan.
§ Bertugas mengawasi semua aspek keselamatn sebelum, selama dan sesudah kegiatan.
§ Safety officer ditunjuk orang yang berpengalaman.
Pemilihan personil.
Pemilihan personil didasarkan pada :
§ Kemampuan.
§ Tangkas,tidak memiliki phobi (penyakit ketinggian)
§ Mampu menghargai peran masing – masing.
Peralatan perorangan.
Kebutuhan peralatan yang perlu dipertimbangkan sebagai kebutuhan keselamatan minimum untuk vertikal rescue.
1 Safety helmet.
2 Safety Glasses.
3 Gloves.
4 Sepatu.
5 Pakaian.
6 Harness.
7 Whitsel/pluit.
8 Rescue Rope.
9 Self rescue equipment ascending dan descending.
10 Kotak pertolongan pertama.
2) Kekuatan peralatan.
§ Nilai kekuatan atau memenuhi standar yang ditentukan, ini dapat dilihat pada alat itu sendiri atau pada petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
§ Penggunaan beban keseluruhan harus dibawah nilai kekuatan peralatan yang digunakan.
Final cek
§ Cheking personil. Setiap personil harus dilakukan pengecekan akhir oleh pengawas keselamatan (safety officer) segala sesuatu yang dibutuhkan selama operasi, personal gear maupun peralatan team.
§ Cheking system, pengecekan terhadap system anchor, tali, peralatan, termasuk belayer.
3) Prosedur keselamatan.
Setiap personil diijunkankan untuk bekerja setelah area dinyatakan clear dari bahaya :
§ Area aman.
§ Penggunaan Alat pelindung diri.
§ Penentuan pimpinan lapangan.
§ Pemasangan safety line.
§ Mencari dan menentukan anchor.
§ Membuat dan mengontrol simpul.
§ Memproteksi tali.
§ Menghindari pergesekan antar tali.
§ Menyimpan peralatan yang belum terpakai.
§ Tidak melempar peralatan.
4) Operasi malam hari.
Bila melakukan pertolongan pada malam hari, yang harus dipertimbangkan :
1 Menggunakan lampu helm pada masing-masing rescuer.
2 Menyiapkan lampu cadangan.
3 Memberi penerangan di area kerja.

MATERI NAVIGASI RAWA

Navigasi rawa adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di medan rawa. Navigasi rawa merupakan navigasi pada daerah dataran sehingga prinsipnya sama dengan navigasi gurun pasir. Tidak ada tanda ekstrim (bukit atau lembah) yang dapat dijadikan patokan. Jika pada rawa daerahnya datar dan kadang di penuhi aliran sungai yang dapat berubah akibat banjir, maka pada gurun pasir pun daerahnya selalu berubah-ubah akibat tiupan angin. Seperti pada navigasi darat (gunung hutan), maka langkah pertama yang paling penting sebelum memulai perjalanan adalah mengetahui letak titik pemberangkatan di peta. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan sebagai patokan adalah sungai, lokasi desa terdekat, garis pantai (jika dekat dengan pantai), jadi perlu diperhitungkan kecermatan orientasi medan yang teliti.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam navigasi rawa adalah:
1) tentukan titik pemberangkatan kita di peta;
2) bidik arah perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya;
3) ukur dan catat jarak tempuh perjalanan dengan sudut kompas tersebut, lakukan terus
untuk setiap bagian perjalanan sampai menemukan tanda yang dapat dijadikan patokan, misalnya sungai, jika belum dijumpai, lakukan terus sambil mencari tempat beristirahat. Cara mengukur jarak: a) Dengan penaksiran jarak (jika sudah mahir), seperti navigasi man to man atau pemakaian back azimuth pada navigasi gunung hutan, pemegang kompas berjalan di belakang dan rekan lainnya berjalan menurut sudut kompas. Batas jarak pengukuran untuk satu segmen tergantung dari mata dan telinga, artinya sampai batas pengelihatan jika medannya tertutp atau sampai batas pendengaran jika medannya terbuka, jadi panjang suatu segmen relatif, tergantung medan yang dihadapi; b) Dengan menggunakan pita ukur atau tali, caranya sama seperti di atas, tetapi didapat hasil yang lebih teliti; c) Dengan alat bantu ukur yang di pasang pada pinggang pemegang kompas, yaitu pemegang kompas berjalan paling belakang, rekan yang di depan membuka jalur sesuai arah sudut kompas, ikat ujung benang pada titik awal pada saat membelok atau merubah arah, lihat angka yang tertera pada alat pengukur tersebut. Putuskan benang dan ikat kembali ujung yang baru pada titik belok; d) Dengan alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian depan. Catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas. Ambil patokan 10 langkah sama dengan beberapa meter, atau kelipatan yang habis dibagi dengan 10;
4. Plot hasil pengukuran tersebut pada peta, pergunakan skala peta yang sesuai dengan skala peta yang dimiliki, jika pengukuran jarak dan sudut kompas teliti maka akan didapat hasil yang akurat.
5. Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan. Jika tersesat, minimal kita mempunyai catatan perjalanan untuk kembali ke tempat semula.
6. Jika sudut kompas dan jarak tempuh sudah ditentukan, maka plot di peta arah lintasan kita. Lakukan perjalanan dengan sudut kompas tersebut dan pergunakan cara melambung jika medannya tidak memungkinkan untuk dilalui, dengan tidak melupakan poin 2 dan 3.
Catatan: cara berjalan di rawa
a. Bawa tongkat dan tali. Tongkat untuk mengukur kedalaman lumpur rawa, dan tali untuk membantu menarik teman yang terbenam.
b. Berjalan secara beriringan. Usahakan bejalan berdekatan dengan tanaman yang ada, injak bekas tumbuhan semak, rumput, atau akar tumbuhan yang ada kaarena tanahnya relatif lebih keras.
c. Tebas ranting pohon, dan letakkan secara melintang pada jalur yang akan diinjak, gunanya untuk menahan lajunya turunnya badan kita ke dalam rawa, prinsipnya sama seperti orang berjalan di atas salju yang lunak dengan menggunakan sepatu ski, semakin luas permukaan yang diinjak, maka semakin ringan beban yang ditanggung oleh salju.
d. Waspadalah terhadap binatang yang banyak terdapat di sekitar tanaman yang tumbuh di daerah rawa, umunya mereka berbisa.

TEKNIK PEMASANGAN TALI (RIGGING)

Rigging adalah teknik pemasangan tali baik vertikal , horizontal maupun lintasan untuk rescue. Pemasangan lintasan ini harus selalu memperhatikan beberapa syarat agar bisa disebut sebagai rigging yang baik:

a. Aman untuk dilewati oleh semua anggota Tim.
b. Tidak merusak peralatan
c. Dapat dilewati oleh semua anggota Tim.
d. Siap digunakan untuk keadaan emergenci.
Anchor.
Anchor adalah point atau obyek yang akan dijadikan tambatan. Dalam pemilihan anchor perlu adanya perhitungan antara lain :
a). Jenis tambatan
b). Posisi tambatan
c). Kekuatan tambatan.
Berdasarkan jenisnya, anchor dibagi menjadi :
a. Natural Anchor (tambatan alam)
1. Pohon, sebelum kita memakai jenis ini kita harus memeriksa jenis pohon, umur pohon (dimensinya), tempat tumbuh, posisi tumbuh maupun kondisi dari pohon tersebut.penentuan jenis pohon adalah dari jenis nilai kekuatan kayu (serabut tunggang). Penentuan dari jenis akar ini dipengaruhi oleh mediah tumbuhya (andesit, kapur dl.). Pemakaian dari jenis ini harus pula memperhatikan posisi tambatan yang kita pasang pada pohon tersebut.
2. Lubang tembus.
Sebuah lubang yang bisa kita temui didinding, lantai maupun atap goa bisa terbentuk vertikal maupun horizontal. Sebelum menggunakan kita harus mengecek kelayakannya dengan memeriksa kekerasan batuan, keutuhan ,dan sruktur batuannya.
3. Rekahan, celah yang terbentuk dari pengikisan lapisan (horizontal) maupun crek (vertikal). Untuk jenis ini kita menggunakanpengamana sisip maupun paku tebing . bentuk celah , jenis celah , lebar celah arah penyepitan celah kondisi , permukaan bidang yang akan di di gunakan dan arah tarikan yang diinginkan harus diperhitungkan.
4. Chock Stone, batu yang terjepit pada celah sehingga berfungsi seperti pengaman sisip, atau biasa disebut chock. Sebelum digunakan terlebih dahulu periksa celah dan batu yang terjepit. Untuk celah harus diperhatikan pada bentuk celah, jenis celah, lebar celah, arah penyempitan celah dan kondisi permukaan bidang (bidang priksi, kekerasan pelapis). Untuk batu yang terjepit periksa jenis dan keadaan dari bentuk dan posisi terjepitnya. Setelah itu kita tentukan arah tarikan yang akan dibuat lalu perhatikan posisi peletakan webbing pengikatnya.
5. Tanduk (horn), jenis ini berupa pinggira dinding yang menonjol hasil dari air. Bentuk tonjolan harus selalu diperhatikan untuk menentukan tarikan dan teknik pemasangan webbingnya.
6. Ornament, biasanya hanya digunakan untuk mendapat beban horisonn (deviasi), karena ornament ini hanya menempel pada lantai tumbuhnya. Jenis anchor ini jarang digunakan karena praktis merusak pertumbuhannya.
b. Anchor buatan, pada pembuatan lintasan jika sudah tidak dapat menemukan natural anchor yang layak digunakan maka satu-satunya cara adalah menggunakan anchor buatan yang menggunakan bolts/spit/tebing.
Berdasarkan posisi dan urutan penerimaan beban maka anchor dibagi atas :
a. Main anchor, anchor utama, yaitu anchor yang secara langsung mendapatkan beban saat lintasan digunakan
b. Back-up, berfungsi sebagai cadangan jika main anchor terlepas atau jebol, jumlah anchor ini bisa lebih dari satu, dan nilai kekuatannya harus lebih besar dari main anchor.
Penempatan posisi back-up harus tetap memperhatikan keamanan tali dari friksi dan kerusakan lainnya ketika main anchor jebol.
Fall Factor
Adalah beban hentakan yang diterima oleh tali, back-up anchor, maupun penelusur ketika main anchor jebol. Untuk itulah harus selalu diperhatikan posisi antara main anchor dan back-up anchor.
Dalam kondisi medan tertentu kadang kita kesulitan untuk mendapatkan posisi back-up yang lebih tinggi dari pada main anchor. Untuk mengatasi hal tersebut kita menurunkan nilai fall factornya dengan memendekkan panjang lengkungan tali, memanjangkan simptul pada main anchor maupun memanjangkan anchor.
Simpul
Simpul adalah suatu bentukan tertentu (lilitan, tekukan) yang dibuat pada tali yang di fungsikan untuk menambatkan tali pada anchor, maupun untuk keperluan tertentu. Penegetahuan tentang simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah dan cepat adalah bagian penting yang harus dimiliki seorang penelusur goa. Menguasai dan memahami simpul yang penting saja (sering dipakai dan dapat digunakan pada saat emergency) jauh lebih baik dari pada hanya mengenal bermacam-macam simpul tanpa tahu fungsi dan kegunaannya. Pendalaman dan pemahaman simpul yang penting dan sering digunakan dalam penelusuran goa secara detail, akan memudahkan jika ada terjadi emergency, pertolongan akan lebih mudah dilakukan seorang penelusur dalam membuat simpul tanpa harus membuat dua kali, sehingga berlaku sebagai reaksi otomatis.
Criteria simpul yang baik
Simpul yang baik untuk penelusur goa vertikal dibagi 5 (lima) criteria adalah sebagai berikut :
1. Mudah untuk dibuat dan serbaguna.
2. Mudah dilihat kebenaran lilitannya.
3. Aman, dengan ikatan/lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun bertumpuk pada saat dibebani.
4. Mudah dilepas/diurai setelah dilbebani.
5. Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin.
Seorang penelusur yang baik harus ingat seperti apa simpul yang baik dan tahu cara menelitinya lagi apakah simpul yang dibuat/akan dipergunakan sudah benar. Hal ini sebaiknya bisa dijadikan standart praktek yan aman bagi sebuah tim penelusur goa dan bukannya diterima sebagai suatu ejekan atau suatu penghinaan.
Factor keamanan yang dimaksud adalah kemampuan simpul tetap terikat kuat setelah disimpul. Beberapa simpul dalam bentuk dasarnya cenderung kehilangan fungsi kerjanya bila tidak diberi beban (mengendor) lilitannya. Seperti pada simpul bowline adalah contoh yang paling umum. Untuk mengatasi hal itu simpul ini harus diakhiri dengan sebuah simpul Overhand Knot. Seluruh lilitan dikencangkan dengan tangan sebelum dipakai dan diberi sisa paling sedikit 10 cm.
Pada prinsipnya semua simpul mengurangi kekuatan tali pada tempat simpul yang dibuat, dengan alasan simpul tersebut mengakibatkan tali bertekuk-tekuk. Pada waktu tali diberi beban, pilinan disisi dalam tekukan simpul mendapat beban lebih banyak disbanding serat sisi luar tekukan simpul sehingga daerah tersebut menjadi lemah. Walaupun letak titik putus dari tali tidak bisa dipastikan. Berikut daftar simpul yang banyak digunakan.
Bowline
Pada dasarnya bowline merupakan simpul yang paling banyak dikenal dan digunakan. Bowline dapat memberikan hasil yang baik bila tali yang digunakan melingkari obyek tertentu misalnya, anchor poin yang dipasang pada pohon atau pinggang. Bowline dapat dibuat dengan tepat dan mudah tanpa memerlukan banyak latihan dan dapat dibuat dengan satu tangan dalam keadaan gelap, sehingga sering digunakan dalam keadaan emergency. Kelebihan lain adalah bowline mudah diuraikan kembali, walaupun barui saja mendapatkan beban mendekati beaking strength. Hal ini dapat dibuktikan pada rescue. Harus selalu diingat ekor (tali) diletakkan dalam loop. Bowline belum selesai sebelum diamankan disimpul dengan stopper yang biasa digunakan adalah Overhand Knot.
Figure eigth loop (simpul delapan)
Simpul figure eigth loop lebih aman dibandingkan bowline dan merupakan simpul yang sering popular pada kegiatan penelusuran goa. Simpul ini dapat dibuat dengan benar jika ikatan pada standing partnya berada diluar dan ekornya terletak didalam. Jika simpul ini dibuat terbalik (standing parnya didalam) simpul ini akan berkurang lagi kekuatannya sebanyak 10 % dari standart kekuatan simpul. Untuk figure eigth loop mempunyai kelebihan lain yaitu lebih cepat dan mudah diteliti, selain itu simpul ini bersifat serba guna.
Overhand Knot
Simpul ini dapat digunakan sebagai pengganti simpul figure eigth loop like dalam keadaan emergensi karena factor kecepatan. Bagaimanapun juga simpul overhand tidak kuat simpul delapan. Hal ini dapat dilihat table dua selain itu simpul overhand knot jika terkena beban susah untuk diuraikan kembali. Akan tetapi simpul ini sering digunakan untuk mengamankan simpul utama supaya tidak terlepas dari ekornya.
Fisherman Knot
Menyambung tali sering digunakan dalam penyambungan tali untuk pitch rigging maupun penyambungan sling. Untuk menyambung tali dengan diameter yang sama biasanya sering digunakan adalah simpul delapan sambungan (simpul delapan ganda maupun simpul delapan tunggal) atau duble fisherman.
Tetapi untuk diameter yang berbeda, simpul fisherman adalah lebih baik dari simpul delapan sambungan. Biasanya untuk memudahkan dalam menyambung tali, simpul delapan sambungan sering digunakan karena mudah diteliti dan mudah diuraikan walupun simpul double fisherman lebih kuat dibandingkan dengan simpul delapan. Untuk menyambung wabbing atau pita anchor yang paling popular adalah simpul overhand knot sambungan (water knot), karena selain tidak melipat webbing simpul ini mudah dipelajari, mudah dibuat dan mudah diuraikan.
Butterfly Knot
Simpul ini biasa dibuat dengan tali, yang biasa dibebani baik pada loopnya maupun pada bagian yang terdiri (standing part). Mudah diatur dan mudah diurai setelah dibebani. Biasa difungsikan untuk simpul rigging, simpul pengaman ditengah tali (traverse), maupun untuk mengamankan bagaian cacat dari tengah tali.
Playboy knot
Biasa juga disebut simpul kelinci (rabbit knot). Simpul ini dibuat dengan bentuk dasar dari simpul delapan perbedaannya adalah mempunyai dua loop. Simpul ini biasa digunakan untuk membentuk Y anchor, yaitu masing-masing loop ditambatkan pada anchor yang berbeda.
Italian hitch
Simpul ini adalah simpul bergerak (lilitannya bisa bergerak) bisa digunakan untuk belaying, lowering, hauling, maupun Descending.
Salah satu syarat rigging yang baik adalah tidak merusak alat, kerusakan yang muncul biasanya adalah pada tali karena friksi dengan tebing/batu. Untuk itu dibuat beberapa macam anchor yang berfungsi untuk menghilangkan friksi tersebut.
Y-Anchor
Adalah anchor yang berbentuk “ Y “ dimana ada dua anchor yang selalu dibebani bersama. Selain untuk menempatkan lintasan pada posisi friksi, juga untuk membagi beban pada dua anchor. Pembagian beban lebih pada satu sisi anchor, dilakukan dengan menggeser posisi jatuhnya tali mendekati anchor tersebut. Pembagian ini harus selalu memperhitungkan kekuatan tiap anchor.
Yang paling perlu diperhatikan adalah besar sudut yang terbentuk oleh pertemuan dua sisi tali (yang tertabat di anchor). Berikut ini adalah teble dari beban yang diterima tiap sisi untuk obyek dengan berat 100 kg.
Intermediet anchor
Prinsip kerja anchor ini adalah dengan membuat anchor tambahan pada titik friksi atau pada posisi lain yang lebih tinggi yang menjauhi titik friksi. Kekuatan anchor ini juga harus dipilih beban vertical. Pemasangan anchor bisa dengan Y anchor, distribution anchor, bahkan bisa ditambahkan back-up. Pada waktu lintasan ini dilewati maka anchor ini berubah fungsi menjadi main anchor.penyambungan tali pada anchor intermediet dilakukan dengan saling mengaitkan kedua tali dan ditambahkan pada anchor.
Deviasi anchor
Anchor ini menghilangkan friksi dengan cara menarik arah lintasan tali kearah luar dari titik friksi, dan jarak antara main anchor dengan anchor deviasi menunjukkan besar sudut pergeseran, yang berarti menentukan beban horizontal yang akan diterima anchor deviasi. Sehingga bisa dikatakan bahwa semakin dekat anchor deviasi dengan main anchor dengan panjang tarikan yang sama menambah daya tarik horizontal yang diterima anchor deviasi.
Manajemen Rigging
Selain kemampuan personal dalam teknik pemasangan lintasan, diperlukan pula suatu pengaturan kerja di dalamnya.
Organisasi Rigging
Dalam setiap kegiatan rigging minimal dilakukan oleh dua orang yaitu :
1. Rigging man (Rm), adalah orang yang bertugas memasang lintasan utama, orang ini selalu bertanggungjawab atas keamanan dan kekuatan lintasan yang telah dipasang. R man harus benar-benar menguasai tekhnik vertical (SRT, Climbing,Rescue dll), tekhnik rigging, peralatan dan jam terbang yang cukup.
2. Asisten rigging (Ar), yaitu orang yang bertugas membantu rigging man untuk menyiapkan peralatan rigging yang dibutuhkan, dan memastikan keamanan riggingnya dengan melakukan belaying.
Packing
Untuk mengefisienkan proses pemasangan lintasan, packing peralatan yang digunakan harus dilakukan dengan benar :
a. Packing tali secara terpisah, jika terdiri dari banyak potongan tali, tentukan urutan tali yang dipacking pada tiap tacklebag sesuai dengan perencanaan operasional.
b. Sebisa mungkin pisahkan peralatan logam dan non logam dan kelompokkan tiap jenis sesuai dengan fungsinya. Sehingga ketika membutuhkannya mudah untuk mengambil dan menghindari tercecrnya peralatan.
Prosedur Pemasangan Lintasan
a. Jangan berdiri terlalu dekat dengan pitch, cari dan uji anchor yang akan mengamankan Rm untuk mendekati bibir pitch dan proses selanjutnya. Persiapkan peralatan yang mungkin akan digunakan Rm (Webbing, Carabiner, Hammer dll)
b. Dekati bibir pitch dengan belay oleh Ar, perkirakan kedalaman pitch, perkirakan bentuk pitch dan friksi yang ada, cari kemungkinan letak anchor yang akan digunakan dan bentuk lintasan yang akan dibuat, jika Rm memerlukan peralatan tambahan, informasikan ke Ar.
c. Cari posisi anchor yang lebih tinggi dari bibir pitch dengan tetap memperhatikan keamanan. Pada tahapan ini kecermatan, disiplin dan konsentrasi jauh lebih baik dari pada kecepatan. Selalu uji dulu kondisi-kondisi dan kekuatan anchor yang akan kita gunakan. Pasang back-up dan main anchor. Setelah siap dipindahkan kelintasan utama, berdirilah di bibir pitch, perkirakan anchor tambahan yang diperlukan untuk membebaskan lintasan dari friksi.
d. Bersihkan lantai atau dinding yang dilewati dari batu yang mungkin runtuh ketika anggota tim lain melewati.
e. Informasikan ke Ar untuk disampaikan ke anggota tim yang lain tentang lintasan yang dibuat (Intermediet, deviasi, sambungan), ataupun lintasan yang memerlukan maneuver khusus untuk melewati lintasan yang ada.
f. Informasikan pula keadaan medan, kondisi yang bisa mengakibatkan kecelakaan (menghindari ornamen, binatang, lantai licin, rock fall dll)yang perlu dicermati.
g. Gunakan kode yang disepakati untuk berkomunikasi, contoh :
1. Rope free, kode bahwa lintasan sudah bebas/ siap untuk digunakan. Pada proses Descending jika penelusur sampai ke bawah, cari posisi aman, sebelum memberikan aba-aba ini.
2. Rock fall, peringatan adanya batu yang terlepas dan jatuh kepada penelusur yang ada di bawah.
3. Dll

MOUNTAIN SICKNESS

Penyakit Gunung. Semakin tinggi suatu daerah semkain rendah kadar oksigennya. Ini mempengaruhi aktivitas seorang pendaki gunung karena Hipoksia. Pengaruh kekurangan oksigen ini tergantung  pada masing-masing individu, terutama kesegaran jasmaninya. Ada pendaki gunung yang sudah terkena pengaruh pada ketinggian 2000 meter , tetapi ada juga yang baru merasakannya pada ketinggian 4000 meter atau lebih.

Pendaki yang terkena pengaruh hipoksia akan memperlihatkan gejala-gejala yang disebut “penyakit gunung” (Mountain Sickness). Biasanya gejala ini muncul karena pendaki gunung terlalu cepat mencapai disuatu ketinggian. Kumpulan gejala tersebut berupa pusing. Nafas sesak,  tidak nafsu makan, mual, muntah, kedinginan, badan terasa lemas, perasaan malas sekali, jantung berdenyut lebih cepat, dan sakit kepala, selanjutnya penderita tidak dapat tidur, muka pucat, kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.
Pada umumnya gejala-gejala ini akan menghilang setelah beristirahat, yaitu selama 24 sampai 48 jam kemudian. Karena itu, penderita penyakit gunung dianjurkan untuk beristirahat agar kebutuhan tubuh akan oksigen dapat dikurangi. Tetapi kalau usaha ini tidak berhasil, maka penanggulangan yang tepat adalah menurunkan si penderita dari ketinggian.  Cara lain untuk mengatasinya ialah dengan bernafas dalam-dalam dan cepat agar oksigen banyak yang masuk kedalam sistem pernafasan kita, tapi cara ini sangat melelahkan dan lama-kelamaan  akan menimbulkan pusing atau bahkan mual akibat pengaruh kehilangan karbon dioksida.
Edema Paru ; Kebocoran plasma darah kedalam jaringan paru-paru menyebabkan kantung-kantung udara tidak efektif lagi untuk pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Ini yang menyebabkan apa yang disebut edema paru.
Gejala-gejala edema paru biasa  muncul setelah kira-kira ketinggian 3000 meter, yaitu 12 jam sampai 36 jam setelah si penderita kekurangan oksigen. Semakin besar pengerahan tenaga di ketinggian yang kurang oksigen itu, semakin berkembang edema paru.  Untuk penanggulangan yang segera dilakukan adalah beristirahat.
Sepintas gejala-gejala edema paru mirip dengan penyakit gunung yang akut (AMS; Acute Mountain Sickness). Gejala-gejala tersebut adalah : Nafas terputus-putus (dada terasa terhimpit), mual, tidak nafsu makan, batuk kering yang dilanjutkan dengan batuk berdahak, dahak berdarah, denyut nadi sangat cepat (120 sampai 160 per menit), nafas terdengar rebut (suara bergelembung dari dada), serta kuku, muka, dan bibir kebiru-biruan). Segera turunkan penderita dari ketinggian. Bila penderita kehilangan kesadaran disertai dengan gelembung busa putih atau merah jambu di mulut atau hidung. Begitu gejala pertama muncul (pusing sekali dan batuk-batuk) secepatnya lakukan evakuasi dengan membawa korban ketempat yang lebih rendah.
Sebelum melakukan pendakian sebaiknya lakukan proses Aklimatisai terlebih dahulu.
Kepanasan; Rasa panas yang berlebihan disebut lejar panas (heat exhaustion) dapat dialami oleh seseorang karena keadaan alam yang panas atau karena fisiknya yang lemah. Keadaan ini menyebabkan urat-urat darah di bawah kulitnya mengembang, sehingga aliran darah ke otak dan organ penting lainnya berkurang. Timbul gejala-gejala:  mual, pusing, haus, sakit kepala, kulit lembab dan dingin, tidak sadar  diri, dan mungkin urat nadi berdenyut keras.
Aklimatisasi yang kurang terhadap panas, terjadinya dehidrasi atau kekurangan garam dalam tubuh, membuat seseorang peka sekali terhadap rasa panas. Untuk menanggulangi ini, si penderita harus beristirahat di tempat yang teduh, lalu diberi minum air dingin yang diberi garam atau tablet garam.
Terik matahari dapat membuat rasa panas yang luar biasa, menimbulkan gejala yang disebut sengatan panas (heat stroke atau sun stroke, yaitu muka merah dan panas, denyut urat nadi cepat, sakit kepala, lemah, dan malas. Tempatkan  segera sipenderita ditempat yang sejuk, lalu dinginkanlah dengan cara merendam kepalanya dengan air, segera minum dengan air dingin secara terus menerus.
Radang Dingin; Di gunung es, udara sangat dingin bias mempengaruhi otot sehingga menyulitkan koordinasi tubuh, kalau ini terjadi si penderita akan sulit meyalakan korek api, membuat simpul tali, atau memegang benda-benda kecil. Kalau tempratur kulit menurun dibawah 10 derajat celcius, sentuhan rasa sakit di kaki atau lengan tidak terasa. Begitu tempratur menurun lagi panyakit radang dingin (frostbite) akan timbul. Sebagai akibat membekunya air didalam sel-sel antara kulit dengan kapilar (pembuluh darah terkecil).
Radang dingin ditandai oleh kulit yang pucat dan berwarna putih keabu-abuan . Rasa sakit mula-mula muncul, tetapi kemudian mereda. Bagian yang terkena radang dingin terasa dingin atau bahkan mati rasa. Dan akan terjadi pembekuan otot kemudian ketulang, kalau tidak dihentikan pembekuan akan meluas. Sehingga satu-satunya jalan untuk menghentikannya adalah memotong (amputasi) bagian yang terkena radang dingin itu.
Buta Salju ; Semakin tinggi suatu daerah, semakin besar pengaruh ultraviolet. Kalau pengaruh ini berlangsung terus menerus, terutama digunung  es, permukaan mata akan terbakar dan jaringan kulit disekitarnya akan menyebabkan penyakit yang disebut Buta Salju. Penyakit ini tidak timbul seketika, tetapi delapan sampai dua belas jam kemudian. Mula-mula mata terasa perih dan kering, baru kemudian merasa seperti  “ terisi oleh pasir”. Menggerakkan dan mengedip-ngedipkan mata akan terasa sakit, air mata banyak bercucuran, kelopak mata merah dan bengkak.
Buta salju akan menghilang sendiri beberapa hari kemudian, dan yang terpenting adalah beristirahat, tutuplah mata dengan kain bersih, jangan sekali-kali menggosok-gosok mata, karena dapat menyebabkan iritasi dan infeksi.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates