Navigasi rawa adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di medan rawa. Navigasi rawa merupakan navigasi pada daerah dataran sehingga prinsipnya sama dengan navigasi gurun pasir. Tidak ada tanda ekstrim (bukit atau lembah) yang dapat dijadikan patokan. Jika pada rawa daerahnya datar dan kadang di penuhi aliran sungai yang dapat berubah akibat banjir, maka pada gurun pasir pun daerahnya selalu berubah-ubah akibat tiupan angin. Seperti pada navigasi darat (gunung hutan), maka langkah pertama yang paling penting sebelum memulai perjalanan adalah mengetahui letak titik pemberangkatan di peta. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan sebagai patokan adalah sungai, lokasi desa terdekat, garis pantai (jika dekat dengan pantai), jadi perlu diperhitungkan kecermatan orientasi medan yang teliti.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam navigasi rawa adalah:
1) tentukan titik pemberangkatan kita di peta;
2) bidik arah perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya;
3) ukur dan catat jarak tempuh perjalanan dengan sudut kompas tersebut, lakukan terus
untuk setiap bagian perjalanan sampai menemukan tanda yang dapat dijadikan patokan, misalnya sungai, jika belum dijumpai, lakukan terus sambil mencari tempat beristirahat. Cara mengukur jarak: a) Dengan penaksiran jarak (jika sudah mahir), seperti navigasi man to man atau pemakaian back azimuth pada navigasi gunung hutan, pemegang kompas berjalan di belakang dan rekan lainnya berjalan menurut sudut kompas. Batas jarak pengukuran untuk satu segmen tergantung dari mata dan telinga, artinya sampai batas pengelihatan jika medannya tertutp atau sampai batas pendengaran jika medannya terbuka, jadi panjang suatu segmen relatif, tergantung medan yang dihadapi; b) Dengan menggunakan pita ukur atau tali, caranya sama seperti di atas, tetapi didapat hasil yang lebih teliti; c) Dengan alat bantu ukur yang di pasang pada pinggang pemegang kompas, yaitu pemegang kompas berjalan paling belakang, rekan yang di depan membuka jalur sesuai arah sudut kompas, ikat ujung benang pada titik awal pada saat membelok atau merubah arah, lihat angka yang tertera pada alat pengukur tersebut. Putuskan benang dan ikat kembali ujung yang baru pada titik belok; d) Dengan alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian depan. Catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas. Ambil patokan 10 langkah sama dengan beberapa meter, atau kelipatan yang habis dibagi dengan 10;
4. Plot hasil pengukuran tersebut pada peta, pergunakan skala peta yang sesuai dengan skala peta yang dimiliki, jika pengukuran jarak dan sudut kompas teliti maka akan didapat hasil yang akurat.
5. Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan. Jika tersesat, minimal kita mempunyai catatan perjalanan untuk kembali ke tempat semula.
6. Jika sudut kompas dan jarak tempuh sudah ditentukan, maka plot di peta arah lintasan kita. Lakukan perjalanan dengan sudut kompas tersebut dan pergunakan cara melambung jika medannya tidak memungkinkan untuk dilalui, dengan tidak melupakan poin 2 dan 3.
Catatan: cara berjalan di rawa
a. Bawa tongkat dan tali. Tongkat untuk mengukur kedalaman lumpur rawa, dan tali untuk membantu menarik teman yang terbenam.
b. Berjalan secara beriringan. Usahakan bejalan berdekatan dengan tanaman yang ada, injak bekas tumbuhan semak, rumput, atau akar tumbuhan yang ada kaarena tanahnya relatif lebih keras.
c. Tebas ranting pohon, dan letakkan secara melintang pada jalur yang akan diinjak, gunanya untuk menahan lajunya turunnya badan kita ke dalam rawa, prinsipnya sama seperti orang berjalan di atas salju yang lunak dengan menggunakan sepatu ski, semakin luas permukaan yang diinjak, maka semakin ringan beban yang ditanggung oleh salju.
d. Waspadalah terhadap binatang yang banyak terdapat di sekitar tanaman yang tumbuh di daerah rawa, umunya mereka berbisa.
0 komentar:
Posting Komentar