Pagi ini sy jalan2 ke pasar pagi di Purworejo, tempat kelahiran Pahlawan Nasional Ahmad Yani dan Sarwo Edhie Wibowo sekaligus tempat kelahiran Untung sang tokoh PKI. Pasar yg betul2 pagi karena mulai buka jam 3 pagi. Saat para pedagang mulai mengais rejeki. Jalan2 dalam rangka pengecekan atas saudara yg mau mengajukan pinjaman utk usaha dagangnya. sekedar memastikan apakah 2 kios dagangnya benar2 berjalan normal. Sy aduk2 seluk beluk pasar dg segala keramahan semua penghuninya. Di tengah pasar yg jauh dari hiruk-pikuk resufel kabinet itu, cermin multi etnis ada disana. Saat ide nyate kambing muncul begitu saja, maka sy putuskan beli daging kambing. Penjualnya sy ajak ngomong dg bahasa jawa. "Piro iki kang", tanya saya. "Iku lima puluh ribu", jawabnya. Lalu "kok larang men tho", kata saya lagi. "Nggak ini sudah murah, beli semua saja Pak", katanya. Saat itu sy sadar orang ini pasti nggak bisa basa jawa. Maka saya tanya "dari mana. Mas?", " sy dari Sulawesi Pak". Saya timpali lagi "lha kok disini, nggak jualan sama Yusuf Kalla saja". Sy baru tahu bahwa disampingnya istrinya ternyata orang jawa. Saya teruskan jalan-jalannya, dan beli kue kelapa, lagi2 pedagangnya gak bisa basa jawa, ternyata dia dari Tasikmalaya. Lalu lagi seorang kuli panggul barang, dg terbata2 melayani pertanyaan bhs jawa saya. Itulah cermin Indonesia yg begitu harmonis dalam keragaman etnis, budaya dan agama. Saya temui itu semua nun jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Saat perut mulai keroncongan, sy ajak adik yg ngantar saya utk sarapan, karena matahari mulai menyembul. Makan 2 bungkus nasi, dg lauk mi goreng dan gudeg jogya. Agar mak nyuss, plus tahu isi dan teh manis. Setelah puas menikmati itu semua, sy sempatkan bawa pulang 6 tempe mendoan. Lalu sy minta si mbok pemilik kedai menghitung berapa ongkosnya. Lalu dia jawab ,sepuluh ribu Mas. Setengah tidak percaya, sy bilang lagi, coba hitung lagi mbok. Iya Mas semua sepuluh ribu. Lalu sy ulurkan dua lembar uang 5 ribuan. Sambil jalan pulang, Ya Allah, para penghuni pasar ini mereka saling bantu satu sama lain. Si mbok pemilik kedai, membantu para pedagang pasar pagi, tukang parkir dan kuli panggul dg menyediakan makan dg harga terjangkau. Gak perlu untung banyak, yg penting bisa menyambung hidup. Dibenak saya berkecamuk pikiran, lha tempe mendoan itu kalu dijakarta dijual 2000 an, disini cuma 500 perak. Jakarta lebih mahal 4x dalam hal harga tempe mendoan. Sy bayangkan cara berfikir si mbok tadi dan para pialang saham di IDX atau wall street sana. Benarlah kata Gandi "Dunia seisinya cukup utk menghidupi seluruh penduduk bumi, tapi tidak cukup menghidupi satu saja orang serakah dan tamak". Berbahagialah yg dapat mensyukuri yg ada, tanpa kehilangan semangat untuk maju dalam kewajaran.
Catatan singkat mengisi libur pendek (copas dari milis sbelah)
Jumat, 21 Oktober 2011
10.000=2 nasi bungkus + 2 teh + 6tahu isi dan mendoan
11.07
Santika DPD Badung
No comments
Published with Blogger-droid v1.7.4
0 komentar:
Posting Komentar