mencoba menganalisa, maka hipotesa tentang "tipikal fitnah dalam perjuangan
menegakkan dakwah" semakin mendekati kebenaran. Hipotesa ini berangkat dari
metode perjalanan dakwah ala Rasul dan Nabi dari kapanpun periode kenabian.
Sebuah sunnatullah bahwa perjalanan menegakkan kebenaran dan keadilan,
meninggikan nilai-nilai Islam, mewujudkan hukum-hukum Allah di muka bumi
selalu mendapatkan tantangan, ujian dan cobaan. Sunnatullah ini berlaku dari
mulai manusia pertama: Adam AS yang mendapatkan ujian langsung dari Iblis
yang baru saja dipecat dari surga. Tak sanggup menggoda Adam, Iblis menggoda
istrinya. Hawa pun tergoda dan keduanya akhirnya turun ke bumi. Iblis dan
anak-anaknya pasti akan terus menyesatkan manusia, hingga sangkakala kiamat
dibunyikan. Karena Iblis telah bersumpah:
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat)
di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (Al-Hijr: 39)
Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
(Shod: 82)
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
(Al-A'raaf: 16)
Iblis dan anak cucunya benar-benar menjalankan sumpahnya. Fitnah demi fitnah
tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia. Namun Allah SWT tidak pernah
membiarkan hambanya untuk berjalan sendiri, maka diturunkanlah para nabi dan
rasul yang selalu menunjukkan mereka kepada fitrahnya: Jalan Yang Lurus.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui, (Ar-Ruum: 30)
Tapi, perjalanan pari nabi dan rasul itu tidak mudah, tidak mulus seperti
jalan tol, tidak cepat seperti sambaran petir. Tidak serta merta terkabul
layaknya doa-doa dalam sinetron picisan. Tidak juga. Banyak fitnah yang
mendera, cercaan, hinaan, dan perlawanan dari musuh-musuhnya. Musuh-musuh
Allah. Nabi Nuh AS berdakwah 950 tahun untuk hanya 70 orang pengikut bahkan
anak dan istrinya enggan mengikutinya. Ibrahim dibakar Namrudz, Yusuf harus
merasakan dinginnya jeruji besi penjara. Zakaria bahkan harus digergaji
badannya, Ilyas dipenggal kepalanya, Isa bahkan akan disalib ummatnya jika
bukan karena pertolongan Allah yang mengangkatnya ke langit. Dan nabi kita,
teladan, junjungan, manusia yang kita cintai, Rasulullah SAW pun mengucurkan
darahnya hanya karena beliau dan pendahulunya berkata:
Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini
adalah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 64)
Dari perjalanan dakwah Anbiyaa wa Rasuul yang bisa kita petik pelajaran, ada
4 tipe fitnah yang selalu berulang-ulang dari masa ke masa di tempat dan
pelaku yang berbeda.
Pertama, Fitnah Terhadap Pribadi Pembawa Risalah (Rasulullah dan para Nabi)
Fitnah ini serupa dan selalu berulang di setiap kondisi. Da'i yang menyeru
kepada Amar Ma'rufdan Nahy Munkar seringkali difitnah sebagai orang gila,
tukang sihir, ahlul bid'ah, dan cacian lain yang sifatnya personal, fitnah
langsung kepada pribadi du'at.
Nabiyullah Nuh dipanggil dengan sebutan orang gila:
Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan
hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah pernah
diberi ancaman). (Al-Qamar: 9)
Musa difitnah firaun dengan panggilan orang gila :
Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian
benar-benar orang gila". (Ash-Shu'araa: 27)
Lain waktu, Musa dan Harun difitnah dengan sebutan tukang sihir:
Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak
mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan
kedudukan kamu yang utama, (Thohaa: 63)
Rasulullah SAW pun tak luput dari cacian ini:
Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya
kamu benar-benar orang yang gila. (Al-Hijr: 6)
dan disebut dengan sebutan tukang sihir:
Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu
mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu) ketika
orang-orang zalim itu berkata: "Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang
laki-laki yang kena sihir". (Al-Israa: 47)
Dan tidak hanya para Rasul dan Nabi yang difitnah secara pribadi dengan
sebutang orang gila, tukang sihir, pembohong dan sejenisnya, tapi juga para
mujaddiid yang selalu berupaya mengembalikan ajaran Allah ke jalan yang
benar, setelah lama bengkok akibat kebodohan para pengikutnya dan
penyimpangan yang dilakukan orang-orang yang dianggap 'Alim di kalangan
mereka, namun sesungguhnya yang mereka lakukan hanyalah "melanjutkan tradisi
dan ajaran leluhur-leluhur mereka" yang melanggarnya berarti pantangan dan
akibatnya bisa kualat. Fitnah serupa diterima oleh duat dimanapun berada, KH
Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyyah sempat merasakannya kala awal-awal
perjuangan dakwahnya membersihkan masyarakat dari penyakit Tahayul, Bid'ah,
Churafat (TBC). Bahkan surau beliau pun harus dirobohkan karena kebodohan
masyarakatnya.
Kedua, Fitnah terhadap Isi Risalah
Bila fitnah pertama menyasar kepada pribadi du'at, maka yang kedua ini
justru lebih dahsyat lagi. Yang jadi sasaran adalah isi risalahnya, baik
Islam itu sendiri dan Al-quran sebagai bukti kodifikasi firman Allah kepada
hamba-Nya. Kebanyakan penolakan mereka berasal dari kebodohannya belaka
(jahiliyah), ketika terjadi dialog antara Ibrahim dengan Namruz, Namruz
menuduh Ibrahim lah yang menghancurkan patung-patung sesembahan mereka,
namun Ibrahim mengelak dan justru menantang Namruz untuk bertanya kepada
patung yang paling besar, karena dia lah yang tertangkap sedang memegang
kapak, lalu Namruz berkata: "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah
mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara". lalu Ibrahim
menjawab "Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak
dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada
kamu?" (QS Al-Anbiya: 56 - 64). Jadi sebenarnya mereka tahu bahwa mereka
sedang tersesat, dan kesesatannya tidak sedikitpun bermanfaat buatnya, tapi
karena kesesatan tersebut sudah mengurat akar dan ada sebagian golongan yang
diuntungkan dengan praktik kesesatan tersebut, yang bila kebenaran datang
dan kesesatan hilang maka mereka akan merugi secara ekonomis, maka akhirnya
mereka memilih untuk menolak kebenaran tersebut. Apalagi kebenaran tersebut
tidak didukung oleh mayoritas hanya segelintir orang. Mirip-mirip bukan
dengan cerita praktik korupsi di negara kita yang mengurat akar dan
menguntungkan pihak-pihak tertentu? Mereka sadar bahwa korupsi adalah salah,
tapi mereka belum siap untuk meninggalkannya karena ada potential loss yang
akan diderita. Karena itu sekalipun reformasi sudah berjalan, tapi pelakunya
relatif belum siap untuk berubah, dan karenanya dalam poin pemberantasan
korupsi, reformasi belum bisa dikatakan berhasil.
Kebanyakan, para pelaku jahiliyah tidak pernah mampu mempertahankan
argumentasi kejahiliahannya. Sebab mereka berdiri di atas akar yang rapuh.
Sebagaimana kegelapan yang langsung sirna bila ada secercah sumber cahaya.
Begitulah kejahiliahan para pembuat fitnah, dia ada hanya karena sumber
cahaya tidak ada. Tapi sebagaimana fitrah kejahatan, mereka akan saling
melindungi satu dengan lainnya. Ta'awanu 'alal itsmi wal udwan. Bahkan Allah
sudah memberitakan jauh hari bahwa mereka saling melindungi dalam kezaliman,
koalisi kejahatan yang dengannya justru timbul kemudharatan dan kerusakan
yang sangat besar.
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi
sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa
yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka
bumi dan kerusakan yang besar. (Al-Anfaal: 73)
Kedua tipe fitnah diatas relatif damai, belum ada intimidasi fisik disana.
Hanya sekedar teror verbal. Bila kedua tipe teror diatas belum cukup
menghabisi langkah duat dalam perjalanan dakwahnya, maka fitnah selanjutnya
terus berlanjut.
Fitnah Ketiga: Embargo ekonomi
Embargo ekonomi paling nyata dirasakan oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib di
tahun ke-7 kenabian. Masyarakat Quraisy menyatakan pemutusan hubungan
ekonomi, pelarangan pernikahan dengan kedua suku tersebut dan berdamai
dengan mereka. Setiap ada kafilah dagang masuk ke mekkah, serta merta
pembesar Quraisy memborong seluruh bahan pangan dan memaksa pedagang agar
menjual barang dagangannya ke Bani Hasyim dan Muthallib dengan harga yang
tinggi.
Pada era modern, senjata embargo sering dipakai oleh barat (baca: Amerika
dan Sekutunya) untuk menghajar siapapun yang tidak sepaham dengannya. Irak,
Iran, Sudan, hingga Indonesia pernah merasakan embargo darinya. Dari awal
2000-an Indonesia sudah mengalami embargo suku cadang militer dari Amerika
hingga memaksa pemerintah mengandangkan 3 pesawat F-16 nya. Di kemudian hari
pemerintah lebih memilih untuk membeli Sukhoi Rusia demi mengatasi embargo
militer AS ini. Embargo dijatuhkan karena AS merasa militer Indonesia
melanggar HAM dalam kasus Timor-Timor lalu.
Tujuan fitnah ini adalah untuk menggoyahkan pendirian, keyakinan dan
semangat orang-orang beriman untuk kemudian meninggalkan Rasulullah atau
menyerahkannya ke Quraisy untuk dibunuh. Tapi menurut Profesor Muhammad
Rawwas Qal'ah dalam kitab Qiraatus Siyasyah Li Sirah An Nabawiyah, peristiwa
pemboikotan terhadap Rasulullah SAW dan para pengikutnyajustru mendatangkan
kebaikan yang sangat besar. "Sungguh Allah telah memperkuat posisi agama
Islam ini melalui orang kafir tanpa disadarinya", ungkapnya.
Embargo terhadap Rasulullah dan para pengikutnya selama tiga tahun telah
menjadi pencegah bagi masuknya orang-orang yang memiliki tujuan kotor ke
dalam Islam. Tidak mungkin orang-orang yang sangat rakus dengan gemerlapnya
dunia akan masuk ke dalam Islam. Sehingga tidak akan masuk Islam, kecuali
orang-orang yang hatinya telah terbakar oleh panasnya iman. Dibutuhkan
keikhlasan dan kesabaran yang tinggi untuk bisa menjadi pengikut Rasulullah
SAW
Bila Fitnah Ekonomi tidak juga mampu untuk membungkam du'at, maka jurus
terakhir dilancarkan.
Fitnah Keempat: Perang Fisik
Bila ketiga jenis fitnah diatas tidak mampu untuk menghentikan laju du'at,
maka peperangan fisik adalah jurus terakhir yang akan dilancarkan
musuh-musuhnya. Perang Badr Kubra adalah perang besar pertama yang
dilancarkan Musyrikin Mekkah terhadap Negara Islam Madinah. Al-quran
mencatat, tidak seluruh kaum muslimin Madinah saat itu siap untuk berperang.
Sebagian mereka dihinggapi rasa takut bahkan enggan berperang:
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal
sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
(QS Al-Anfaal: 5)
Tapi mereka yang kuat imannya tetap berangkat bersama Rasulullah. Mereka
setia dengan pimpinan mereka. Di kala senang dan susah. Bahkan secara
khusus, Rasulullah seakan meminta jaminan kesetiaan dari sahabat Anshor,
Sejarah mencatat ucapan Sa'ad Bin Muadz yang mewakili seluruh sahabat
anshor:
Sepertinya, engkau ragu kepada kami, wahai Rasulullah
Dan sepertinya, engkau khawatir bahwa orang-orang Anshar,
sebagaimana yang tampak pada pandanganmu, tidak akan menolongmu, kecuali di
ngerinya.
Saya bicara atas nama orang Anshar dan memberi jawaban berdasarkan sikap
mereka.
Berangkatlah bersama kami, sesuai dengan yang apa engkau kehendaki.
Ikatlah tali siapapun yang engkau kehendaki dan putuskanlah ikatan siapa
saja yang engkau kehendaki.
Dan ambilah dari harta kekayaan kami yang engkau kehendaki. Dan berikanlah
yang mana saja yang engkau kehendaki.
Apa saja yang engkau ambil, niscaya lebih kami sukai daripada yang engkau
tinggalkan.
Demi Allah, kalau seandainya engkau menempuh perjalanan bersama kami hingga
ke barak Al Ghamad (Kota Habasyah), kami semuanya akan tetap bersamamu.
Demi Allah, kalau seandainya engkau mengajak kami untuk menyebrangi lautan
sekalipun, pasti kami akan lalui bersamamu.
Atas ijin Allah, pasukan muslimin meraih kemenangan gemilang di medan Badr.