Tampilkan postingan dengan label tsaqofah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tsaqofah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 April 2011

Serial Fiqh Kemenangan dan Kejayaan Dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyah : Macam-macam Kejayaan; Kejayaan Dalam Menyampaikan Risalah dan Amanah (Kisah Ashabul Ukhdud)


Kisah seorang pemuda yang berhadapan dengan raja kafir merupakan kisah yang nyata akan pertolomgam Allah SWT terhadap para duat dalam menyampaikan risalah dan menunaikan amanah.
Rasulullah saw bersabda: “Umat sebelum kalian, dikisahkan ada seorang raja yang memiliki tukang sihir, ketika tukang sihir lanjut usia, dirinya berkata kepada sang raja : sesungguhnya saya telah lanjut usia dan akan datang ajalku, maka berikanlah kepada saya seorang anak muda agar aku dapat mengajarkan dan mewariskan sihirku, maka diberikanlah kepadanya anak muda dan kemudian diajarkan ilmu sihir, namun antara anak muda dan penyihir ada seorang rahib sehingga anak muda tersebut mendatanginya dan mendengarkan ucapannya yang menakjubkan, disaat anak muda mendatangi tukang sihir selalu dipukul, lalu sang rahibpun bertanya : ada apa dengan dirimu? Akhirnya diapun mengadukan peristiwa yang dialaminya kepada sang rahib, lalu dia berkata : jika penyihir ingin memukulmu maka katakanlah : aku telah terkurung oleh keluargaku, dan jika keluargamu ingin memukulmu maka katakanlah : aku telah terkurung oleh penyihir.
Dan suatu ketika, pada suatu perjalanan dia melihat binatang (beruang) besar yang menakutkan yang telah mengurung sekelompok manusia sehingga mereka tidak mampu keluar darinya, diapun berkata : pada hari ini aku ingin melihat apakah yang diajarkan oleh rahib atau yang diajarkan penyihir yang lebih aku cintai, lalu diapun mengambil batu dan melemparkannya ke binatang tersebut sambil berkata : “Ya Allah jika ajaran yang diberikan oleh sang rahib yang Engkau ridloi dan cintai daripada ajaran penyihir maka bunuhlah binatang tersebut hingga manusia dapat bebas darinya! Lalu diapun melemparkan batu tersebut dan berhasil terbunuh, sehingga manusia pun dapat melewatinya. Dan peristiwa tersebut diberitakan kepada sang rahib, lalu dia berkata : wahai anakku engkau lebih utama dariku, dan engkau kelak akan menghadapi suatu cobaan, dan jika engkau menghadapi cobaan janganlah sebut namaku; sang anak muda tersebut memiliki keahlian dapat menyembuhkan penyakit buta dan kusta dan segala penyakit lainnya atas izin Allah.
Suatu ketika saudaranya raja mengalami buta, dan ketika mendengar akan pemuda yang dapat menyembuhkan penyakit maka diminta untuk mendatanginya dan akan diberikan banyak hadiah, lalu berkata : obatilah aku, dia berkata : saya tidak bisa menyembuhkan penyakit apapun, namun yang menyembuhkan adalah Allah yang Maha Perkasa dan Maha Agung, jika anda beriman kepada Allah maka aku akan berdoa kepada Allah untuk kesembuhanmu, maka diapun beriman dan mendoakannya lalu sembuh dari penyakit buta, kemudian dia datang kepada sang raja dan duduk bersamanya, lalu rajapun berkata kepada orang tersebut : Wahai fulan siapa yang mengembalikan penglihatanmu? Diapun berkata : Tuhanku. Rajapun berkata : Saya? Dia berkata : Bukan, tapi Tuhanku dan Tuhanmu juga. Raja berkata: apakah kamu punya Tuhan selainku? Dia berkata : Ya, Tuhan saya adalah Allah dan Tuhan anda juga Allah. Akhirnya rajapun menyiksanya sehingga dia menyebutkan anak muda yang mengajarinya. Lalu dipanggillah anak muda tersebut. Rajapun berkata : Wahai anakku, dari sihirmu kamu dapat menyembuhkan penyakit buta dan kusta dan penyakit lainnya? Diapun berkata: Aku sama sekali tidak dapat menyembuhkan namun yang menyembuhkan adalah Allah. Raja berkata : Aku? Dia berkata : bukan. Raja berkata: apakah kamu mempunyai Tuhan selainku? Dia berkata: Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, lalu Rajapun menyiksanya dan terus menyiksanya sehingga dia menunjukkan tempat sang rahib, maka rahibpun dipanggilnya. Raja berkata : Kembalilah pada agamamu yang lama! Namun rahib tidak mengabulkannya sehingga dirinya disiksa dengan gergaji besi dikepalanya sehingga dirinya terbelah menjadi dua.
Dan kemudian raja berkata kepada anak muda: kembalilah pada agamamu! diapun menolaknya sehingga dirinya dibawa kegunung ini dan ini, raja berkata kepada pasukannya : jika kalian telah sampai dan anak muda kembali pada agamanya maka kembalilah. Namun jika tidak, maka lemparkanlah ke dalam jurang! Kemudian mereka pergi dan ketika sampai ke puncak gunung. Anak muda itu berkata : “Ya Allah selamatkanlah diriku dari mereka sesuai Kehendak-Mu, maka gunungpun mengeluarkan angin yang kencang sehingga mereka terbawa oleh angin dan terjerumus kedalam jurang, namun anak muda tersebut selamat dan mendapati dirinya tidak luka. Lalu beliau datang lagi kepada raja. Rajapun berkata : apa yang telah dilakukan oleh sahabatmu. Dia berkata : Allah telah telah menyelematkanku dari mereka. Rajapun marah dan menyuruh pasukan yang lain untuk membawanya ke tengah lautan. Raja berkata : kalian harus membawanya ke tengah lautan hingga dia mau kembali kepada agama lama, namun jika tidak mau maka tenggelamkanlah, maka merekapun mengarungi lautan, lalu anak muda tersebut berkata : Ya Allah selamatkanlah aku dari mereka dengan apa yang Engkau Kehendaki! Maka merekapun akhirnya tenggelam kecuali anak muda tersebut. Lalu anak muda itupun kembali lagi kepada raja. Rajapun berkata : apa yang dilakukan sahabat-sahabatmu? Allah telah menyelamatkan aku dari mereka. Kemudian pemuda itu berkata kepada raja: engkau tidak akan mampu membunuhku hingga engkau mau melakukan apa yang aku perintahkan, maka jika engkau melakukan apa yang aku perintahkan maka engkau pasti dapat membunuhku, jika tidak maka engkau tidak akan membunuhku. Raja berkata : apa perintahmu? Raja berkata : Engkau kumpulkan manusia dalam satu tempat dan engkau salib aku pada tiang, kemudian lemparkan panah kepadaku sambil berkata : Dengan nama Allah Tuhan anak muda, jika engkau melakukannya maka engkau akan dapat membunuhku, maka rajapun melakukannya dan meletakkan panah kemudian melemparkannya sambil berkata : Dengan nama Allah Tuhan anak muda, maka panahpun jatuh dekat dengan dirinya lalu anak muda itu meletakkan tangannya ketempat panah kemudian mati, seketika itu pula orang-orang yang hadir berkata : Kami beriman kepada Tuhan anak muda itu.
Maka dikatakan kepada raja : tahukah anda apa yang anda takutkan? Sungguh apa yang telah anda lakukan membuat manusia seluruhnya telah beriman kepada Allah, maka rajapun memerintahkan untuk mengumpulkan besi yang didalamnya ada parit, kemudian besi tersebut dibakar, kemudian raja berkata : barangsiapa yang kembali kepada agamanya maka biarkan dia hidup, jika tidak maka masukkan mereka ke dalam api.
Lalu Rasul bersabda : mereka ada yang kembali dan ada pula yang bertahan, dan diantara mereka ada seorang wanita membawa anak yang sedang menyusu, namun sang ibu tidak tega membawa anaknya ke dalam api, hingga sang bayi berkata kepadanya : “Bersabarlah ibuku, karena engkau berada dalam kebenaran”. [1]
sang pemuda telah mendapatkan kemenangan dengan aqidahnya dihadapan sang raja yang dzalim, manhaj rabbaninya telah kokoh di dalam jiwa umat manusia yang berada di bawah kekuasaan raja yang musyrik dan kejam, mereka teguh dalam aqidah dan berkorban dengan jiwa demi mempertahankan keimanan, sehingga umat memahami salah satu nilai dari nilai-nilai kemenangan.
Sayyid Qutb berkata : “Secara kasat mata tampak para pelaku kedzaliman mendapatkan kemenangan dan mampu mengalahkan keimanan, padahal keimanan yang telah mencapai puncaknya dalam tubuh dan jiwa kelompok yang baik, mulia, teguh nan tinggi, tidak ada bandingan dan persamaannya dalam perang yang terjadi antara keimanan dan kedzaliman.
Secara kasat mata tampak penghabisan yang mengenaskan dan menyakitkan, namun Al-Qur’an mengajarkan sesuatu yang lain, menyingkap hakikat yang berbeda. Bahwa kehidupan dan berbagai hal yang menyelimutinya dari kenikmatan dan kesedihan, kecintaan dan keharaman bukan nilai terbesar dalam timbangan, bukan pula sebagai barang yang terhitung sebagai keuntungan dan kerugian, karena kemenangan tidak terbatas pada kemenangan yang nyata. Karena itu kisah diatas merupakan salah satu gambaran dari berbagai gambaran kemenangan yang banyak.
Bahwa setiap manusia pasti akan mati, dan penyebab kematiannya berbeda-beda, namun sebagian manusia ada yang tidak mendapatkan kemenangan, tidak mendapatkan derajat yang tinggi, tidak medapatkan kemerdekaan bahkan tidak mampu bergerak mencapai puncak kemuliaan kecuali atas izin Alah dan kehendak-Nya terhadap satu kelompok yang mulia dari hamba-hamba-Nya.
Manusia seluruhnya akan mati namun masing-masing mereka ada perbedaan dalam menggapai kemuliaan, karena kemuliaan ada ditangan Allah.
Dalam kehidupan manusia jika kita mau melihatnya dari generasi ke generasi, maka akan kita dapatkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk dapat selamat dalam kehidupan mereka dari kekalahan karena keimanan mereka, namun betapa banyak orang yang mengalami kerugian dan betapa banyak umat manusia yang mangalami kesengsaraan.
Betapa banyak mereka mengalami kerugian karena mereka telah membunuh nilai yang besar ini, makna kehidupan tanpa akidah, kehidupan tanpa kebebasan, bahkan mereka kehilangan nilai-nilai sehingga para oelaku kedzaliman mampu mengalahkan ruh-ruh mereka setelah terlebih dahulu menguasai fisik mereka.

Allah berfirman : “Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan Karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (Al-Buruj:8) hakikat yang harus direnungi oleh orang yang beriman yang menyeru kepada Allah disetiap tempat dan generasi.
Bahwa pertempuran antara orang-orang beriman dan musuh-musuhnya adalah merupakan perang akidah, bukan karena yang lain. Bahwa musuh-musuh tidak akan dendam kecuali karena keimanan, dan tidak membenci mereka kecuali karena akidah yang terpatri dalam lubuk hati mereka. [2]
Bagi siapa yang merenungi kisah pemuda diatas, maka akan diperoleh pelajaran, bahwa sang pemuda telah mendapatkan kemenangan karena akidah dan manhajnya, begitupun sang rahib yang begitu teguh mempertahankan prinsip akidahnya sekalipun jiwanya terancam dan menjadi korban serta hancur, adapun orang yang buta telah mendapatkan dua kemenangan, kemenangan saat berada dalam kekuasaan dan hidup dilingkungan raja, memiliki jabatan dan kekuasaan, dan kemenangan kedua saat dirinya berlepas dari kekufuran menuju akidah dan iman.
Sang rahib dan orang yang buta telah mendapatkan kekekalan akan nilai-nilai yang agung dan kemenangan yang hakiki, jauh dari takwil dan tafsir bebas yang menutupi banyak orang karena kelemahan mereka dan tertutup oleh tirai yang mengitari mereka dengan alasan mereka telah melakukan itu semua untuk agama.
sang pemudapun cerdik dan cerdas, disaat dirinya memiliki kesempatan yang besar dalam menyebarkan risalah Tuhannya, diambilnya kesempatan tersebut dengan baik dan merealisasikan nilai-nilai agung dalam pemahaman nasr dan kejayaan.
sang pemuda dengan pemahamannya yang kuat, daya pandangannya yang jauh ke depan dan menggunakan berbagai cara untuk memenangkan agama dan aqidahnya, serta mengeluarkan umatnya dari kesesatan menuju hidayah, dari kekufuran menuju keimanan, mendapatkan kemenangan saat dirinya sepakat mengambil keputusan ketimbang lari dari kenyataan, melewati berbagai ringtangan, mengalahkan hawa nafsu, kenikmatan dan kesenangan hidup di dunia. Mendapatkan kemenangan atas raja yang dzalim dan arogan, yang telah Allah butakan mata hatinya, sehingga membakar kerajaan melalui tangannya, yang buta bukanlah matanya namun yang buta adalah hati yang ada di dalam dada. Pemuda yang cerdas ketika mengatur untuk menghancurkan raja yang kafir dan mengatur jalan mendapatkan syahadah di jalan Allah SWT.
Sungguh kemenangan yang mulia dalam peperangan antara kufur dan keimanan guna mempertahankan akidah, dirinya telah mengorbankan diri di jalan Allah hingga dengan cara itu seluruh umat berbondong beriman kepada Tuhan pemuda tersebut. sungguh hal tersebut merupakan konsep yang jeli, eksekusi yang cerdas, ide yang bersih dan kemenangan dan kesuksesan yang menakjubkan.
sang pemuda mendapatkan kemenangannya saat dirinya dijadikan oleh Allah sebagai tauladan oleh umat setelahnya, selalu diingat dan dikenang dengan baik dihadapan lisan orang-orang yang beriman, dan Allah juga menjadikannya sebagai lisan kebenaran dan kejujuran untuk umat setelahnya. Kemenangan yang telah berdatangan dan sampai hingga akarnya saat seluruh umat beralih kepada agama yang hak dan menuju Tuhan sang pemuda, mereka beriman kepada Allah yang Maha Esa, kufur terhadap thagut, sehingga memuncak rasa gila sang raja, hilang akalnya kemudian menggunakan segala cara dan upaya melakukan teror dan penyiksaan, guna mempertahankan dan melanggengkan kewibawaan dan kekuasaannya serta untuk memperbudak manusia untuknya.
Karena itulah sang raja yang dzalim membuat parit yang diisi dengan api membara, lalu menyuruh para tentaranya dan pasukannya untuk menceburkan mereka yang beriman. Namun dari itu semua secara mengejutkan, walaupun yang lemah tetap lemah, lari orang yang ingin lari. Jika telah kita dapatkan langkah dan keberanian, hal itulah yang mendorong ke dalam api neraka dan itu tidak asing, karena iman yang merasuk dalam jiwa mereka mampu membangkitkan keberanian dan keteguhan, mereka telah mendapatkan inspirasi dari sang pemuda, seakan mereka telah mendapatkan kenikmatan dalam mengorbankan ruh dan jiwa mereka dalam mempertahankan akidah dan agama mereka.
Iman yang hakiki menjadikan umat yang asing dan beriman mampu menghancurkan kedzaliman yang berkepanjangan dalam hidup mereka, tahun-tahun panjang yang memperbudak mereka oleh penguasa dzalim, walaupun waktu yang pendek yang diiringi dengan keimanan yang terpatri dalam jiwa dan pengetahuan akan hakikat manhaj rabbani seperti halnya yang diimani oleh umat yang sejahtera dengan beriman kepada Tuhan pemuda tersebut, seakan mereka mengenal manhaj dan hidup di dalamnya sebagaimana yang dialami oleh sang rahib sepanjang hayatnya, atau terbina sebagaimana terbinanya sang pemuda oleh sang rahib.
Hakikat keimanan ketika bercampur dengan kejernihan hati dan merasuk dalam ruh akan menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. kemenangan yang diraih umat yang beriman kepada Tuhan pemuda adalah kemenangan bersama yang membawa berkah menunjukkan akan kesucian aqidah, kejelasan manhaj, kebersihan jalan dan kefahaman hakikat kemenangan.
Kita tidak akan mendapatkan dalam Al-Quran dan As-sunnah yang menyebutkan kemenangna kedzaliman, bagaimana akhir dari kehidupan mereka di dunia, dan segala puji bagi Allah yang memiliki hikmah yang telah menyembunyikan hakikat tersebut kepada kita. [3].
Memang, terdapat pula dalam akhir kisah mereka seruan kepada mereka dan peringatan: “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan Kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar”. (Al-Buruj : 10)
Al-Hasan Al-Bashri berkata : “Lihatlah akan kemuliaan dan kedermawanan ini. mereka telah membunuh para wali Allah, namun Allah tetap menyeru mereka untuk bertaubat dan mohon ampun”. [5]
Bahwa akhir dari peristiwa ini menyiratkan makna akan makna-makna kemenangan, siapa yang mendapatkan kemenangan? yang telah menolong akidah dan agama Tuhannya, namun dibakar selama beberapa menit, kemudian berpindah pada surga yang penuh dengan kenikmatan, atau demikian yang memberikan kenikmatan beberapa hari di dunia kemudian tempat kembalinya –jika tidak mau bertaubat- adalah azab jahannam dan azab yang membakar?
Apakah ada bandingannya dari api yang membakar pertama dan api yang membakar kedua??… Api yang membakar di dunia dan api yang membakar di akhirat? sungguh yang demikian adalah perpindahan yang sangat jauh, orang-orang yang beriman yang terbakar di dunia, maka mereka mendapatkan “Ganjaran di surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai” (Al-BUruj : 11) diberitahukan hasil yang tidak diragukan dan diperdebatkan : “Demikianlah ganjaran yang besar”. bukankah yang demikian adalah kemenangan? ini adalah di alam akhirat, adapun di dunia manhajnya telah terpatri dalam hati manusia yang tampak secara jelas.
___________________________________________
[1] Muslim, kitab Zuhud wa raqaiq, bab ashabul ukhdud, no 3005, jil. 3 hal. 2299
[2] Lihat: Ma’alim fi Thariq, fasal; hadza huwa thariq, hal. 173
[3] Lihat: Hakikat Intishar, hal. 13-14
[4] Tafsir Ibnu Katsir, jil. 4, hal. 496
sumber: al-ikhwan.net

Minggu, 10 April 2011

Planet ” Bumi ” Baru

Bulan April 2008 pakar astronomi Spanyol mengumumkan bahwa mereka telah menemukan planet terkecil yang terletak di luar sistem tata surya. Planet tersebut berjarak 30 tahun cahaya dari bumi. Mereka berharap dapat segera menemukan planet kembaran bumi dengan teknik pendeteksi terbaru.


Ahli astronomi Spanyol berhasil mendeteksi lokasi planet kecil tersebut.
Dengan teknik pendeteksi barunya, mereka mampu mendeteksi planet yang jauh lebih kecil daripada gas raksasa yang sebelumnya hanya merupakan tipe planet yang dapat dideteksi oleh ilmuwan di sistem tata surya lain.
Planet baru ini berbentuk bola kecil berbatu, lebih mirip bumi, ketimbang kumpulan massa gas cair yang berputar yang membentuk planet lain seperti yang ditemukan sampai saat ini.
Para ahli astronomi berharap agar dapat mengidentifikasi planet mirip bumi ini dengan metode pendeteksian baru mereka.
Planet berbatu yang dikenal sebagai “GJ 436T” memiliki massa lima kali lebih kecil dibanding bumi. Hal ini membuatnya menjadi planet extrasolar atau exoplanet (planet yang berada di luar sistem tata surya) terkecil yang pernah dikenal sejauh ini. Planet tersebut berjarak 30 tahun cahaya dari bumi di konstelasi bintang Leo.
Gj 436T ditemukan sekumpulan pakar astronomi Spanyol yang dipimpin Ignasi Ribas. Metode pendeteksian mereka menggunakan analisa distorsi di orbit planet lain yang lebih besar.
“Dalam hal ini kita tidak menggunakan perturbasi atau gangguan (perubahan orbit obyek langit disebabkan oleh interaksi gravitasi dengan obyek langit lain) pada bintang (matahari) namun kita menggunakan perturbasi atau gangguan pada planet lain yang telah dikenal di sistem, jelas Ignasi Ribas. “Planet ini memiliki orbit yang eksentrik, orbit berbentuk elips yang kemudian berubah menjadi bentuk lingkaran, sungguh suatu hal yang mengejutkan” katanya.
Ribas sangat berharap segera menemukan planet mirip bumi dengan teknik baru ini.
“Hal ini selangkah lebih maju, dalam menemukan semakin banyak obyek-obyek mirip bumi,” kata Ribas kepada wartawan NTD. “Kemungkinan di masa mendatang, kurang dari satu dekade, kita akan mempunyai kembaran bumi pertama yang mungkin telah terdeteksi.”
Selanjutnya Ribas mengatakan bahwa planet baru ini tidak dapat dihuni karena berkaitan dengan jaraknya yang terpisah dari bintang (matahari)nya. Nampaknya, untuk dapat mendukung kehidupan, suatu planet harus memiliki massa yang menyerupai bumi, dan memiliki jarak orbit ke bintangnya menyerupai jarak dari bumi ke matahari. (NTD News/James Fish)

Bukti dari Zaman Nabi Nuh

Sekelompok peneliti underwater surveyors yang diketuai oleh Dr. Robert Ballard, yang juga telah menemukan Titanic, telah menemukan sebuah bangunan lama berusia kira-kira 7.500 tahun di dasar Laut Hitam, dekat pantai Turki. Mereka telah menemukan struktur bangunan dari batu dan kayu di kedalaman beberapa ratus kaki. Penemuan mereka menjadi bukti dari kejadian banjir besar di zaman Nabi Nuh.


Para ilmuwan mempercayai bahwa penemuan tersebut membuktikan keberadaan sebuah kawasan yang telah tenggelam yang disebabkan oleh banjir besar yang melanda sekitar 5000 SM. Menurut teori mereka, banjir besar tersebut disebabkan oleh adanya pencairan gletser dari tanah tinggi di Eropa. “Ini merupakan penemuan yang sangat menakjubkan,” kata Dr. Ballard di dalam rancangan National Geographic Society bertajuk “Research Ship Northern Horizon”.
Ballard menerangkan bagaimana sebuah robot bawah air meninjau 300 kaki di bawah permukaan air, telah menemukan kawasan segi-empat berukuran 12 x 45 kaki persegi, di mana terdapat sebuah struktur dari kayu dan tanah liat yang telah runtuh. “Beberapa artefak yang ditemukan di sana tersimpan rapi yang terdiri dari kayu berukir, beberapa cabang kayu dan peralatan dari batu yang telah runtuh dan diselimuti lumpur,” imbuh Ballard.
Dr. Ballard dan timnya mengawali penelitian di kawasan tersebut setelah dua kapal selam pakar geologi dari Universitas Colombia di New York menyatakan bahwa keadaan tersebut disebabkan oleh banjir besar ribuan tahun sebelumnya. Mereka meramalkan apabila zaman es berakhir 12.000 tahun yang lalu, maka gletser mulai mencair. Kawasan timur Mediterania yang terputus dari Laut Hitam telah menyebabkan Laut Hitam tidak tenggelam oleh air walaupun permukaan air laut yang lain telah naik. Hal ini menyebabkan pada sekitar 7.000 tahun yang lalu, genangan awal di Bosphorus telah pecah menyebabkan air di Laut Mediterania melimpah ke timur menjadi Laut Hitam yang memang terputus dari laut-laut yang lain. Kekuatan limpahan air tersebut diperkirakan 10.000 kali daripada air terjun Niagara.
Mereka menyatakan bukti ilmu pengetahuan, menunjukkan bahwa kulit kerang dari kawasan tersebut berusia lebih 7.000 tahun, manakala kulit kerang dari laut lain berusia sekitar 6.500 tahun. Ballard menerangkan, “Banyak kasus yang terjadi apabila air tawar dari sebuah telaga berubah menjadi air asin dan dampak banjir besar tersebut menyebabkan kawasan daratan yang sangat luas berubah menjadi dasar laut”. (Sumber: James Chapman, Daily Mail, UK)

Sabtu, 09 April 2011

Ir. Soekarno dan Kata Inspiratif

Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Beliau mempunyai peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Bersama dengan Mohammad Hatta menjadi proklamator yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Tapi apakah kita semua masih ingat kata-kata mutiara Putra Sang Fajar?


1. “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno).

2. “Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno).

3. “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno).

4. “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno).

5. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961).

6. “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno.

7. “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno).

8. “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno).

9. “Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno).

10. “Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno).

11. “Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno).

12. “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno).

13. “Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno).

14. “Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno).

15. “Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno).

16. "Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan menguncang dunia."

Orisinalitas Dakwah

Oleh: Ust. Hilmi Aminudin   

Jika kita berbicara tentang ashalah dakwah, tentu saja ini sebuah
masalah yang besar, karena terkait langsung dengan ashalah Islamiyah. Tidak mungkin dibicarakan dalam 1-2 halaman situs ini. Orisinalitas dakwah tidak memiliki mabadi (prinsip), kecuali mabadi imaniyah dan fikriyah yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tulisan ini adalah upaya untuk menyegarkan pemahaman kita.

Ashalah dakwah islamiyah itulah yang dipakai gerakan Islam di mana-mana, tak ada perbedaannya. Betapa luasnya pembicaraan tentang ashalah dakwah seluas pembahasan tentang Islam. Salah satu keistimewaan dakwah ialah ruang lingkup yang tercakup dalam syumuliyah dan takamuliyah (universalitas dan integralitas) ajaran Islam, juga keterpaduan dari perjuangan, tatanan, serta sistem yang diterapkan.

Masalah syumuliyah dan takamuliyah itu lebih ke pendekatan prinsipil, tetapi dari pendekatan operasional terlihat kemampuan dakwah Islam kontemporer untuk mewarisi nilai-nilai Islam dan nilai-nilai dakwah dari para Rasul dan Anbiya, para shahabat Nabi dan juga para salafus shalih. Kemampuan itu dalam bentuk tawazun (keseimbangan) dalam melakukan langkah-langkah ta'shiliyah (orisinalisasi) dan tathwiriyah (improvisasi), mutawazinah baina khuthuwat al ta'shiliyah wa khuthuwat
al tathwiriyah.

Itulah salah satu tamayuz (keistimewaan) dakwah kontemporer yang sebenarnya merupakan tamayuz islami yang banyak diabaikan gerakan dakwah, meskipun kita respek dan mengakui eksistensi perjuangan mereka sekaligus mengakui keikhlasan dan pengorbanan mereka dalam berjuang. Tetapi, qudrah ad da'wah dalam menyeimbangkan ta'shiliyah dan tathwiriyah di zaman modern ini harus benar-benar dilaksanakan secara konsisten.

Sudah barang tentu, apabila kita membahas dakwah antara upaya
orisinalisasi dan improvisasi perlu waktu yang panjang. Di sini saya
hanya ingin menyampaikan sedikit sebagai dzikra (peringatan) dan sebagai resume terhadap perjalanan dakwah yang sudah kita lakukan.

Konsistensi kita dalam menjaga ta'shil dan tathwir sangat penting bagi keselamatan kita sendiri, baik secara pribadi maupun sebagai sebuah entitas gerakan dakwah. Sebab, tanpa adanya keseimbangan antara orisinalitas dan modernitas akan banyak sekali kemungkinan penyimpangan dakwah akibat mengabaikan prinsip keaslian dan pengembangannya. Kita mengetahui universalitas dan integralitas dakwah tergambar dari upaya
membangun hablun minallah dan hablun minannas yang baik.

Kemampuan kita dalam menjaga keseimbangan dari aspek ta'shil bertitik berat pada utuhnya komitmen kita kepada Allah dan Rasul-Nya, al Kitab dan as Sunnah. Sementara konsistensi kita dalam membangun khuthuwat at tathwiriyah adalah menjaga hablun minannas dengan baik. Tanpa kedua aspek itu, maka akan terjadi inkhirafat (penyimpangan) yang menimbulkan bala dan malapetaka di dunia dan akhirat.

Kemampuan kita dalam mengelola dakwah dari sisi ta'shiliyah lebih dekat kepada konteks hubungan kita dengan Allah dari aspek moral, ma'nawiyah dan ruhiyah yang dibentengi dengan sehatnya aqidah kita dari kemusyrikan yang kecil maupun besar, dari kemusyrikan yang tampak maupun tersembunyi, yang menyelinap dalam pikiran kita. Dengan selalu memperhatikan khuthuwat ta'shiliyah kita memelihara keutuhan ruhiyah,
fikriyah, dan manhajiyah secara baik.

Salah satu cara untuk mempertahankan kesadaran tentang pentingnya khuthuwat ta'shiliyah, dalam konteks pembinaan di masa tamhidiyah atau takwiniyah, adalah kesadaran akan posisi manusia (manzilat al insan) di hadapan Allah Ta'ala.

Pertama, posisi manusia sebagai makhluk penting disadari, betapapun tingginya ilmu dan jenjang keulamaan kita, betapapun terhormatnya jabatan kita di masyarakat atau negara. Menghidupkan kesadaran akan posisi sebagai makhluk penting dalam aspek ketergantungan kepada Sang Khaliq. Tidak satupun makhluk ciptaan yang tidak bergantung kepada Pencipta-nya.

Tidak ada satupun produk yang tidak memiliki ketergantungan pada pembuatnya. Produk keluaran pabrik saja, merek-merek mobil yang terkenal sekalipun tergantung dari produsen yang membuatnya, baik ketergantungan teoretis dengan petunjuk manualnya, maupun ketergantungan atas software atau hardware dalam beragam spare parts yang besar maupun kecil. Itu tampak sepele, namun sangat penting untuk menunjukkan kesadaran kita
bahwa manzilah kita di hadapan Allah hanyalah makhluk. Itu merupakan modal dasar untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.

Kesadaran kedua dari manusia di hadapan Allah adalah sebagai hamba. Kesadaran ini penting dibangun sebagai apresiasi dari keinginan, kehendak, dan rencana yang sangat terkait dengan grand design yang sudah ditentukan Allah. Kesadaran sebagai makhluk bersifat mutlak, sedang kesadaran sebagai hamba bisa relatif, banyak yang menolak. Kita tidak mempunyai kehendak apapun, kecuali dengan apa yang dikehendaki Allah Ta'ala. Ayat al-Qur'an banyak menjelaskan sisi aqidah dengan memusatkan
kesatuan kehendak, keinginan, dan rencana segala sesuatu sesuai dengan iradah-Nya. Itulah tugas manusia sebagai hamba-Nya.

Ketiga, kesadaran manusia sebagai junud (tentara) Allah. Sebagai
prajurit kita harus merasakan adanya jalur komando dari Allah dan
Rasul-Nya yang mutlak ditaati, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an. Itulah posisi kita sebagai prajurit yang senantiasa siap menerima komando. Insya Allah, jika ketiga jenis kesadaran itu dijaga dengan baik melalui upaya-upaya ta'shil yang mengarah pada ashalah islamiyah dan dakwah, maka gerakan akan senantiasa tumbuh.

Setelah kesadaran akan posisi manusia, maka selanjutnya kesadaran akan watak asli manusia (thabiat al insan). Humanity by nature, kata orang, kemanusiaan yang sesuai dengan tabiat yang telah ditentukan Allah. Kesadaran ini penting agar kita tidak  terjebak pada persepsi-persepsi yang mungkin timbul dari rencana-rencana terhadap evaluasi tarbiyah, seolah-olah hal itu akan mengangkat dan melepaskan kita dari watak kemanusiaan. Kita dididik melalui proses tarbiyah untuk mengutuhkan kemanusiaan kita, bukan melepaskannya, baik menuju kemuliaan yang seringkali diidentikkan dengan watak malaikat. Kita tetap seorang manusia, namun ingin menjadi manusia seutuhnya. Yang penting bagaimana mengelola kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.

Jangan digambarkan dari proses tarbiyah akan muncul insan yang kamil tanpa cacat. Kita adalah manusia sebagaimana Ibnu Adam lain yang memang diberi kehormatan, tetapi tetap saja bisa lupa dan sering berbuat salah. Manusia adalah makhluk yang sering berbuat salah. Kesadaran itu sangat penting agar dengan kelebihan dan kekurangan manusiawi kita bisa mengelolanya. Dengan demikian kita akan terjaga dari ghurur (arogansi) seperti Fir'aun yang merasa dirinya adalah Tuhan, atau juga terjaga dari
keputusasaan yang melumpuhkan dakwah. Kita berjuang sesuai dengan fitrah, sesuai dengan tabiat insaniyah ataupun tabiat kauniyah yang terdapat dalam diri, masyarakat dan alam semesta.

Ketiga adalah kesadaran akan tugas kemanusiaan (risalat al insan) kita. Kita memiliki misi ibadah dan pengabdian. Segala gerak hidup: apa yang kita miliki, apa yang kita lakukan adalah ibadah. Sehingga, apapun yang kita miliki harus dikalkulasi, akankah meningkatkan ibadah kita kepada Allah atau tidak. Misi total kita adalah pengabdian kepada-Nya.

Keempat kesadaran akan misi khilafat al insan. Mengapa manusia diberi kemuliaan? Karena kita diberi tugas yang besar, yaitu menjalankan khilafah (pengayoman dan kepemimpinan) yang pada hakekatnya berlaku untuk semua orang, baik mu'minuhum wa kufrahum, mereka yang beriman dan amanah maupun tidak.

Kesadaran itu penting agar kita selalu merasa dalam tugas (on duty), tak ada perasaan mau cuti. Mungkin kita perlu rehat. Ya, rehat itu dalam rangka mengumpulkan potensi kita untuk melaksanakan tugas lainnya. Bukan berarti cuti secara total dengan tidak ada kaitannya terhadap misi dan wazhifah kita. Maka, dalam tarbiyah dikenal adanya program rihlah dan
mukhayam dalam rangka membangun potensi agar langkah kita lebih kuat dancepat dalam akselerasi perjuangan ini.

Jika kesadaran tentang manzilat al insan, thabiat al insan, risalat al
insan, dan wazhifat al insan tadi selalu dijaga, maka proses ta'shiliyah akan senantiasa hidup. Upaya orisinalisasi harus terus dipertahankan, agar kita terhindar dari efek negatif, salah satunya berupa pelarutan.

Jika kita mengabaikan khuthuwat at ta'shiliyah, maka dakwah kita akan mengalami pencairan dan pelarutan. Biasanya sebelum larut akan mencair terlebih dulu, sebab madah jamidah (benda padat) itu sulit dalam pelarutan, tetapi madah ma'iyah (benda cair) paling mudah untuk melarut. Dalam dakwah jamahiriyah kita berinteraksi dengan segala jenis manusia. Banyak persentuhan dengan manusia dari segala jenis organisasi dan ideologi bisa menyebabkan tamayu' al khuluqi (pencairan perilaku). Nau'udzubillah, hal itu akan berlanjut pada idzabah al khuluqiyah
(pelarutan perilaku), jika kita tidak berpegang teguh pada ashalah.

Akibat dari tamayu' dan idzabah ini sudah jelas, indikatornya yang
paling menonjol adalah tasahul (menggampangkan atau menyepelekan) segala pelanggaran. Kita memang harus toleran atas efek negatif tarbiyah manusia, tetapi bukan mengampangkan, karena itu harus ditindaklajuti dengan ilaj tarbawi (terapi edukatif) atau ilaj ijtimai (sosial), ilaj tanzhimi (organisasional) atau ilaj iqtishodi (finansial), semuanya bisa kita lakukan tergantung masalah yang terjadi.

Semua kondisi direspon dan diantisipasi agar tidak membesar. Sudah tentu kita sebagai dai harus memperhatikan diri sendiri dan orang lain yang berada di bawah pengawasan kita. Penyimpangan berawal dari tasahul lama-lama menjadi idzabiyah, segalanya serba boleh (permisif), dalilnya gampang dicari. Akhirnya menjadi dalil tunggal, yakni kedaruratan. Yang paling harus kita waspadai adalah awal pelarutan sebagaimana tadi diungkapkan.

Dalam merespon tugas yang semakin berkembang mungkin terjadi tamayu' waidzabiyah dalam ubudiyah mahdlah, karena terlalu sibuk sehingga dalam sebulan penuh tercatat: shaum (puasa) nol, tahajud nihil. Dalam baramij tarbiyah semua program itu ada, tetapi sifatnya sebagai stimulan (ayyam al bid, usbu' ruhi dan sebagainya). Buah stimulasi adalah munculnya iradah dzatiyah atau tarbiyah dzatiyah dengan amal dzati di luar program itu. Harus diwaspadai agar tamayu' khuluqi dan idzabah ubudiyah ini
tidak timbul. Bila dibiarkan akan berlanjut pada idzabah fikriyah
(ideologis) dan kacau balau. Kita akan mengambil fikrah dari kiri-kanan dan meninggalkan manhaj yang benar.

Apabila sudah terkena idzabah khuluqiyah, ta'abudiyah, dan fikriyah, maka akan timbul idzabah aqidiyah. Mulanya mengakui kesejajaran aneka ragam keyakinan, misalnya di kalangan internal Islam (antara ajaran Syiah dan Sunnah) adalah sama. Kemudian berkembang keluar dengan menyamakan ajaran lain seperti komunisme, sosialisme, dan Islam sama saja untuk manusia juga. Kebenaran yang mutlak hanya dalam Islam, pemahaman seperti itu menjadi luntur.

Memang semua ajaran ada kebenarannya, tetapi tidak semuanya benar, yang jelas banyak kesalahannya. Jika lemah dalam langkah-langkah ashalah, maka akan terjadi idzabiyah dan tamayu' di berbagai sektor. Jika hal itu terjadi pada suatu golongan, maka sudah tentu terjadi kehancuran dunia dan akhirat.

Bila ta'shiliyah tidak diimbangi dengan tathwiriyah akan menimbulkan tajamud. Mungkin akan merasa bahwa dirinya sajalah yang akan masuk surga dan yang lain adalah al ma'un, kufr dan sebagainya. Golongan itu tidak dapat memanfaatkan pengalaman dan potensi orang lain. Ketika terjadi mutajamid ruhi, maka pemikiran akan sulit menerima masukan dari orang
lain. Bila terjadi tajamud aqidi, maka akan terasa dengan aqidah semata semuanya akan beres, tetapi aqidah bukan segala-galanya.

Memperhatikan idealitas, rasionalitas dan realitas. Mereka yang
mengabaikan ketiga hal itu terkena wahm. Memperhatikan realitas saja akan melahirkan sikap pragmatis, memperhatikan idealitas saja akan menghasilkan perfeksionis, tetapi tak bisa melaksanakan. Sementara memperhatikan rasionalitas saja akan melahirkan sikap teoretis belaka.

Kita harus mampu mengkomunikasikan rencana dakwah kita dengan baik. Kemampuan mengkomunikasikan ini intinya ada pada qudrah mukhatabah,yakni qawlan sadida atau kalimat yang tepat. Bisa bersikap tegas,lembut, sindiran dan lain-lain. Patokannya adalah "khatibunnas ala qadri uqulihim" (sesuai kemampuan intelektual), "khatibunnas ala lughatihim" (memperhatikan budaya dan bahasa kaumnya), karena manusia adalah anak lingkungannya.

Sebagai dai kita harus memiliki qawlan sadida, baik melalui pendekatan intelektual, sosial maupun budaya. Yang pertama adalah mengakui keberadaannya, kemudian mencari cara yang tepat untuk mendekatinya. Dalam Al-Qur'an ada seruan: "Ya ayyuhannas.ya ayyuhalladzina amanu." dan sebagainya. Dengan pemilihan kata yang tepat, maka "yuslih lakum amalakum". Menghasilkan kebaikan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Lebih besar dari itu semua adalah ampunan dari Allah.

Napak Tilas Kepanduan Indonesia

Jauh sebelum nama Pramuka (Praja Muda Karana) kita kenal sekarang. Gerakan Pramuka khususnya di Indonesia, dahulu lebih dikenal dengan kepanduan. Diawali dengan adanya cabang gerakan kepanduan, pada jaman Hindia Belanda pada tahun 1912, Nederlandse Padvinders Organisatie" (NPO) kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916. Saat terjadinya Perang Dunia I yang memiliki kwartir besar sendiri.

Sementara organisasi kepanduan yang didirikan oleh orang pribumi atas inisiatif S.P. Mangkunegara VII bernama Javaanse Padvinders Organisatie (JPO) pada tahun 1916 juga. Sebelumnya, organisasi pandu ini telah merambah ke seluruh dunia dan bertujuan untuk melatih fisik, mental dan spiritual para pesertanya dan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di masyarakat, yang kita kenal sekarang dengan nama Jambore Nasional.

Sebelum kita napak tilas kembali kegiatan Pramuka di Indonesia?

Mari kita tengok asal mula kegiatan kepanduan ini. Seabad lalu, sejak didirikan oleh Bapak Pandu Dunia Robert Baden-Powell, seorang pensiunan Tentara Britania, pada 1907 di Inggris. Nama lengkap Baden-Powell adalah Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, 1st Baron Baden-Powell.

Berdirinya Boy Scouts (Pramuka) secara tidak sengaja dari kumpulan anak-anak remaja yang di sebut Scout Troops. Gerakan pramuka berkembang seiring dengan Boys' Brigade. Pendiri Boys' Brigade, Sir William Alexander Smith adalah sahabat Baden-Powell.

Semasa di ketentaraan Inggris Baden-Powell menulis sebuah buku Aids to Scouting berisi ringkasan ceramah yang dia berikan mengenai peninjau ketentaraan, untuk membantu melatih perekrutan tentara baru.

Dengan buku panduan ini ditambah kaidah lain, ia melatih mereka untuk berpikir sendiri, menggunakan daya usaha sendiri, dan untuk bertahan hidup dalam hutan. Setelah kembali dari tugasnya, Baden-Powell mendapati buku panduan ketentaraannya "Aids to Scouting" telah menjadi buku terlaris, dan telah digunakan oleh para guru dan organisasi pemuda.

Akhirnya, Baden-Powell memutuskan untuk menulis kembali Aids to Scouting agar sesuai dengan pembaca remaja, dan pada tahun 1907 membuat satu perkemahan di pulau Brownsea bersama dengan 22 anak lelaki yang berlatar belakang berbeda, untuk menguji sebagian dari idenya. Buku "Scouting for Boys" kemudian diterbitkan pada tahun 1908 dalam 6 jilid. Nah itulah asal mula gerakan Pramuka.

Di Indonesia sendiri, bapak pandu ialah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sebelum lahirnya gerakan Pramuka pada tahun 1961. Tidak dapat kita pungkiri perjalanan sejarah kepramukaan di bumi pertiwi melibatkan peran aktif pemuda Indonesia. Sebab sebelum tahun 1960-an bermunculan gerakan kepanduan, seperti Padvinder Muhammadiyah yang pada 1920 yang kemudian oleh Budi Utomo dirubah namanya menjadi Hisbul Wathon" (HW); Nationale Padvinderij.

Sementara itu, Syarikat Islam mendirikan Syarikat Islam Afdeling Padvinderij. Lalu berubah nama menjadi Syarikat Islam Afdeling Pandu. Namun lebih dikenal dengan SIAP. Sedangkan Jong Islamieten Bond (JIB) mendirikan Nationale Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ), dan Pemuda Indonesia membentuk Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO).

Hasrat bersatu bagi organisasi kepramukaan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan).

PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.

Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepramukaan Indonesia baik yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafas agama. kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).

Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja. Pada tanggal 27-29 Desember 1945 panitia kerja mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia.

Konggres tersebut menghasilkan keputusan membentuk Pandu Rakyat Indonesia, yang didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.

Lalu Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950. Salah satu isi keputusannya adalah andu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951. Sehingga peraturan sebelumnya, tidak berlaku lagi.

Pada tanggal 16 September 1951 berdirilah Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi hasil dari konferensi wakil-wakil kepramukaan yang diadakan di Jakarta, dan pada tahun 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia.

Pada Dirgahayu RI ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta. Presiden/Mandataris MPRS Dr. Ir. Soekarno, menyampaikan pidato agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat, Hari Kamis (9 Maret 1961). Presiden menyatakan hal itu dihadapan para tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara.

Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Sehingga tanggal 14 Agustus diperingati sebagai hari Pramuka.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates