Tampilkan postingan dengan label materi kepanduan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label materi kepanduan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 April 2011

NAVIGASI PANTAI

Navigasi pantai adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di daerah pantai. Navigasi pantai jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan navigasi rawa dan sungai, sebab sebuah garis posisi sudah diketahui, yaitu sebuah garis tepi pantai, jadi hanya dibutuhkan sebuah tanda lagi untuk melakukan resection. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan patokan adalah: – sudut arah dari garis pantai; - tanjung atau teluk; – muara sungai;- pulau atau karang yang terdapat disekitar pantai; – bukit yang terdapat didaerah pantai; – kampung nelayan

Jika sudah terlatih navigasi gunung hutan, maka navigasi di daerah pantai tidak menjadi masalah, karena pada navigasi pantai lebih ditekankan pembacaan peta. Tanpa bantuan kompaspun sebenarnya kita dapat berjalan di tepi pantai, kompas dibutuhkan jika harus melakukan perjalanan potong kompas, menghindari rintangan yang berupa tebing terjal yang tidak mungkin untuk dilewati.
Langkah-lagkah yang harus dilakukan dalam navigasi pantai:
1) Plot posisi kita dengan cara resection.
2) Berjalan mengikuti garis pantai selama masih memungkinkan.
3) Catat waktu perjalanan untuk waktu yang berbeda atau tiap menjumpai tanda yang mudah dikenal. Ini dilakukan untuk mempermudah kita jika kehilangan posisi. Periksa posisi kita di peta setiap menjumpai tanda-tanda medan yang mudah dikenal, misalnya tanjung dan muara sungai.
4) Jika menemui rintangan yang berupa tebing karang yang tidak mungkin dilewati, lakukan resection untuk menentukan posisi terakhir sebelum tebing tersebut. Setelah itu rencanakan perjalanan melambung dengan bantuan kompas sampai melewati rintangan. Pada tebing karang, umumnya perjalanan harus melewati tanjakan dan turunan yang terjal.

MATERI NAVIGASI RAWA

Navigasi rawa adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di medan rawa. Navigasi rawa merupakan navigasi pada daerah dataran sehingga prinsipnya sama dengan navigasi gurun pasir. Tidak ada tanda ekstrim (bukit atau lembah) yang dapat dijadikan patokan. Jika pada rawa daerahnya datar dan kadang di penuhi aliran sungai yang dapat berubah akibat banjir, maka pada gurun pasir pun daerahnya selalu berubah-ubah akibat tiupan angin. Seperti pada navigasi darat (gunung hutan), maka langkah pertama yang paling penting sebelum memulai perjalanan adalah mengetahui letak titik pemberangkatan di peta. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan sebagai patokan adalah sungai, lokasi desa terdekat, garis pantai (jika dekat dengan pantai), jadi perlu diperhitungkan kecermatan orientasi medan yang teliti.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam navigasi rawa adalah:
1) tentukan titik pemberangkatan kita di peta;
2) bidik arah perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya;
3) ukur dan catat jarak tempuh perjalanan dengan sudut kompas tersebut, lakukan terus
untuk setiap bagian perjalanan sampai menemukan tanda yang dapat dijadikan patokan, misalnya sungai, jika belum dijumpai, lakukan terus sambil mencari tempat beristirahat. Cara mengukur jarak: a) Dengan penaksiran jarak (jika sudah mahir), seperti navigasi man to man atau pemakaian back azimuth pada navigasi gunung hutan, pemegang kompas berjalan di belakang dan rekan lainnya berjalan menurut sudut kompas. Batas jarak pengukuran untuk satu segmen tergantung dari mata dan telinga, artinya sampai batas pengelihatan jika medannya tertutp atau sampai batas pendengaran jika medannya terbuka, jadi panjang suatu segmen relatif, tergantung medan yang dihadapi; b) Dengan menggunakan pita ukur atau tali, caranya sama seperti di atas, tetapi didapat hasil yang lebih teliti; c) Dengan alat bantu ukur yang di pasang pada pinggang pemegang kompas, yaitu pemegang kompas berjalan paling belakang, rekan yang di depan membuka jalur sesuai arah sudut kompas, ikat ujung benang pada titik awal pada saat membelok atau merubah arah, lihat angka yang tertera pada alat pengukur tersebut. Putuskan benang dan ikat kembali ujung yang baru pada titik belok; d) Dengan alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian depan. Catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas. Ambil patokan 10 langkah sama dengan beberapa meter, atau kelipatan yang habis dibagi dengan 10;
4. Plot hasil pengukuran tersebut pada peta, pergunakan skala peta yang sesuai dengan skala peta yang dimiliki, jika pengukuran jarak dan sudut kompas teliti maka akan didapat hasil yang akurat.
5. Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan. Jika tersesat, minimal kita mempunyai catatan perjalanan untuk kembali ke tempat semula.
6. Jika sudut kompas dan jarak tempuh sudah ditentukan, maka plot di peta arah lintasan kita. Lakukan perjalanan dengan sudut kompas tersebut dan pergunakan cara melambung jika medannya tidak memungkinkan untuk dilalui, dengan tidak melupakan poin 2 dan 3.
Catatan: cara berjalan di rawa
a. Bawa tongkat dan tali. Tongkat untuk mengukur kedalaman lumpur rawa, dan tali untuk membantu menarik teman yang terbenam.
b. Berjalan secara beriringan. Usahakan bejalan berdekatan dengan tanaman yang ada, injak bekas tumbuhan semak, rumput, atau akar tumbuhan yang ada kaarena tanahnya relatif lebih keras.
c. Tebas ranting pohon, dan letakkan secara melintang pada jalur yang akan diinjak, gunanya untuk menahan lajunya turunnya badan kita ke dalam rawa, prinsipnya sama seperti orang berjalan di atas salju yang lunak dengan menggunakan sepatu ski, semakin luas permukaan yang diinjak, maka semakin ringan beban yang ditanggung oleh salju.
d. Waspadalah terhadap binatang yang banyak terdapat di sekitar tanaman yang tumbuh di daerah rawa, umunya mereka berbisa.

TEKNIK PEMASANGAN TALI (RIGGING)

Rigging adalah teknik pemasangan tali baik vertikal , horizontal maupun lintasan untuk rescue. Pemasangan lintasan ini harus selalu memperhatikan beberapa syarat agar bisa disebut sebagai rigging yang baik:

a. Aman untuk dilewati oleh semua anggota Tim.
b. Tidak merusak peralatan
c. Dapat dilewati oleh semua anggota Tim.
d. Siap digunakan untuk keadaan emergenci.
Anchor.
Anchor adalah point atau obyek yang akan dijadikan tambatan. Dalam pemilihan anchor perlu adanya perhitungan antara lain :
a). Jenis tambatan
b). Posisi tambatan
c). Kekuatan tambatan.
Berdasarkan jenisnya, anchor dibagi menjadi :
a. Natural Anchor (tambatan alam)
1. Pohon, sebelum kita memakai jenis ini kita harus memeriksa jenis pohon, umur pohon (dimensinya), tempat tumbuh, posisi tumbuh maupun kondisi dari pohon tersebut.penentuan jenis pohon adalah dari jenis nilai kekuatan kayu (serabut tunggang). Penentuan dari jenis akar ini dipengaruhi oleh mediah tumbuhya (andesit, kapur dl.). Pemakaian dari jenis ini harus pula memperhatikan posisi tambatan yang kita pasang pada pohon tersebut.
2. Lubang tembus.
Sebuah lubang yang bisa kita temui didinding, lantai maupun atap goa bisa terbentuk vertikal maupun horizontal. Sebelum menggunakan kita harus mengecek kelayakannya dengan memeriksa kekerasan batuan, keutuhan ,dan sruktur batuannya.
3. Rekahan, celah yang terbentuk dari pengikisan lapisan (horizontal) maupun crek (vertikal). Untuk jenis ini kita menggunakanpengamana sisip maupun paku tebing . bentuk celah , jenis celah , lebar celah arah penyepitan celah kondisi , permukaan bidang yang akan di di gunakan dan arah tarikan yang diinginkan harus diperhitungkan.
4. Chock Stone, batu yang terjepit pada celah sehingga berfungsi seperti pengaman sisip, atau biasa disebut chock. Sebelum digunakan terlebih dahulu periksa celah dan batu yang terjepit. Untuk celah harus diperhatikan pada bentuk celah, jenis celah, lebar celah, arah penyempitan celah dan kondisi permukaan bidang (bidang priksi, kekerasan pelapis). Untuk batu yang terjepit periksa jenis dan keadaan dari bentuk dan posisi terjepitnya. Setelah itu kita tentukan arah tarikan yang akan dibuat lalu perhatikan posisi peletakan webbing pengikatnya.
5. Tanduk (horn), jenis ini berupa pinggira dinding yang menonjol hasil dari air. Bentuk tonjolan harus selalu diperhatikan untuk menentukan tarikan dan teknik pemasangan webbingnya.
6. Ornament, biasanya hanya digunakan untuk mendapat beban horisonn (deviasi), karena ornament ini hanya menempel pada lantai tumbuhnya. Jenis anchor ini jarang digunakan karena praktis merusak pertumbuhannya.
b. Anchor buatan, pada pembuatan lintasan jika sudah tidak dapat menemukan natural anchor yang layak digunakan maka satu-satunya cara adalah menggunakan anchor buatan yang menggunakan bolts/spit/tebing.
Berdasarkan posisi dan urutan penerimaan beban maka anchor dibagi atas :
a. Main anchor, anchor utama, yaitu anchor yang secara langsung mendapatkan beban saat lintasan digunakan
b. Back-up, berfungsi sebagai cadangan jika main anchor terlepas atau jebol, jumlah anchor ini bisa lebih dari satu, dan nilai kekuatannya harus lebih besar dari main anchor.
Penempatan posisi back-up harus tetap memperhatikan keamanan tali dari friksi dan kerusakan lainnya ketika main anchor jebol.
Fall Factor
Adalah beban hentakan yang diterima oleh tali, back-up anchor, maupun penelusur ketika main anchor jebol. Untuk itulah harus selalu diperhatikan posisi antara main anchor dan back-up anchor.
Dalam kondisi medan tertentu kadang kita kesulitan untuk mendapatkan posisi back-up yang lebih tinggi dari pada main anchor. Untuk mengatasi hal tersebut kita menurunkan nilai fall factornya dengan memendekkan panjang lengkungan tali, memanjangkan simptul pada main anchor maupun memanjangkan anchor.
Simpul
Simpul adalah suatu bentukan tertentu (lilitan, tekukan) yang dibuat pada tali yang di fungsikan untuk menambatkan tali pada anchor, maupun untuk keperluan tertentu. Penegetahuan tentang simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah dan cepat adalah bagian penting yang harus dimiliki seorang penelusur goa. Menguasai dan memahami simpul yang penting saja (sering dipakai dan dapat digunakan pada saat emergency) jauh lebih baik dari pada hanya mengenal bermacam-macam simpul tanpa tahu fungsi dan kegunaannya. Pendalaman dan pemahaman simpul yang penting dan sering digunakan dalam penelusuran goa secara detail, akan memudahkan jika ada terjadi emergency, pertolongan akan lebih mudah dilakukan seorang penelusur dalam membuat simpul tanpa harus membuat dua kali, sehingga berlaku sebagai reaksi otomatis.
Criteria simpul yang baik
Simpul yang baik untuk penelusur goa vertikal dibagi 5 (lima) criteria adalah sebagai berikut :
1. Mudah untuk dibuat dan serbaguna.
2. Mudah dilihat kebenaran lilitannya.
3. Aman, dengan ikatan/lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun bertumpuk pada saat dibebani.
4. Mudah dilepas/diurai setelah dilbebani.
5. Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin.
Seorang penelusur yang baik harus ingat seperti apa simpul yang baik dan tahu cara menelitinya lagi apakah simpul yang dibuat/akan dipergunakan sudah benar. Hal ini sebaiknya bisa dijadikan standart praktek yan aman bagi sebuah tim penelusur goa dan bukannya diterima sebagai suatu ejekan atau suatu penghinaan.
Factor keamanan yang dimaksud adalah kemampuan simpul tetap terikat kuat setelah disimpul. Beberapa simpul dalam bentuk dasarnya cenderung kehilangan fungsi kerjanya bila tidak diberi beban (mengendor) lilitannya. Seperti pada simpul bowline adalah contoh yang paling umum. Untuk mengatasi hal itu simpul ini harus diakhiri dengan sebuah simpul Overhand Knot. Seluruh lilitan dikencangkan dengan tangan sebelum dipakai dan diberi sisa paling sedikit 10 cm.
Pada prinsipnya semua simpul mengurangi kekuatan tali pada tempat simpul yang dibuat, dengan alasan simpul tersebut mengakibatkan tali bertekuk-tekuk. Pada waktu tali diberi beban, pilinan disisi dalam tekukan simpul mendapat beban lebih banyak disbanding serat sisi luar tekukan simpul sehingga daerah tersebut menjadi lemah. Walaupun letak titik putus dari tali tidak bisa dipastikan. Berikut daftar simpul yang banyak digunakan.
Bowline
Pada dasarnya bowline merupakan simpul yang paling banyak dikenal dan digunakan. Bowline dapat memberikan hasil yang baik bila tali yang digunakan melingkari obyek tertentu misalnya, anchor poin yang dipasang pada pohon atau pinggang. Bowline dapat dibuat dengan tepat dan mudah tanpa memerlukan banyak latihan dan dapat dibuat dengan satu tangan dalam keadaan gelap, sehingga sering digunakan dalam keadaan emergency. Kelebihan lain adalah bowline mudah diuraikan kembali, walaupun barui saja mendapatkan beban mendekati beaking strength. Hal ini dapat dibuktikan pada rescue. Harus selalu diingat ekor (tali) diletakkan dalam loop. Bowline belum selesai sebelum diamankan disimpul dengan stopper yang biasa digunakan adalah Overhand Knot.
Figure eigth loop (simpul delapan)
Simpul figure eigth loop lebih aman dibandingkan bowline dan merupakan simpul yang sering popular pada kegiatan penelusuran goa. Simpul ini dapat dibuat dengan benar jika ikatan pada standing partnya berada diluar dan ekornya terletak didalam. Jika simpul ini dibuat terbalik (standing parnya didalam) simpul ini akan berkurang lagi kekuatannya sebanyak 10 % dari standart kekuatan simpul. Untuk figure eigth loop mempunyai kelebihan lain yaitu lebih cepat dan mudah diteliti, selain itu simpul ini bersifat serba guna.
Overhand Knot
Simpul ini dapat digunakan sebagai pengganti simpul figure eigth loop like dalam keadaan emergensi karena factor kecepatan. Bagaimanapun juga simpul overhand tidak kuat simpul delapan. Hal ini dapat dilihat table dua selain itu simpul overhand knot jika terkena beban susah untuk diuraikan kembali. Akan tetapi simpul ini sering digunakan untuk mengamankan simpul utama supaya tidak terlepas dari ekornya.
Fisherman Knot
Menyambung tali sering digunakan dalam penyambungan tali untuk pitch rigging maupun penyambungan sling. Untuk menyambung tali dengan diameter yang sama biasanya sering digunakan adalah simpul delapan sambungan (simpul delapan ganda maupun simpul delapan tunggal) atau duble fisherman.
Tetapi untuk diameter yang berbeda, simpul fisherman adalah lebih baik dari simpul delapan sambungan. Biasanya untuk memudahkan dalam menyambung tali, simpul delapan sambungan sering digunakan karena mudah diteliti dan mudah diuraikan walupun simpul double fisherman lebih kuat dibandingkan dengan simpul delapan. Untuk menyambung wabbing atau pita anchor yang paling popular adalah simpul overhand knot sambungan (water knot), karena selain tidak melipat webbing simpul ini mudah dipelajari, mudah dibuat dan mudah diuraikan.
Butterfly Knot
Simpul ini biasa dibuat dengan tali, yang biasa dibebani baik pada loopnya maupun pada bagian yang terdiri (standing part). Mudah diatur dan mudah diurai setelah dibebani. Biasa difungsikan untuk simpul rigging, simpul pengaman ditengah tali (traverse), maupun untuk mengamankan bagaian cacat dari tengah tali.
Playboy knot
Biasa juga disebut simpul kelinci (rabbit knot). Simpul ini dibuat dengan bentuk dasar dari simpul delapan perbedaannya adalah mempunyai dua loop. Simpul ini biasa digunakan untuk membentuk Y anchor, yaitu masing-masing loop ditambatkan pada anchor yang berbeda.
Italian hitch
Simpul ini adalah simpul bergerak (lilitannya bisa bergerak) bisa digunakan untuk belaying, lowering, hauling, maupun Descending.
Salah satu syarat rigging yang baik adalah tidak merusak alat, kerusakan yang muncul biasanya adalah pada tali karena friksi dengan tebing/batu. Untuk itu dibuat beberapa macam anchor yang berfungsi untuk menghilangkan friksi tersebut.
Y-Anchor
Adalah anchor yang berbentuk “ Y “ dimana ada dua anchor yang selalu dibebani bersama. Selain untuk menempatkan lintasan pada posisi friksi, juga untuk membagi beban pada dua anchor. Pembagian beban lebih pada satu sisi anchor, dilakukan dengan menggeser posisi jatuhnya tali mendekati anchor tersebut. Pembagian ini harus selalu memperhitungkan kekuatan tiap anchor.
Yang paling perlu diperhatikan adalah besar sudut yang terbentuk oleh pertemuan dua sisi tali (yang tertabat di anchor). Berikut ini adalah teble dari beban yang diterima tiap sisi untuk obyek dengan berat 100 kg.
Intermediet anchor
Prinsip kerja anchor ini adalah dengan membuat anchor tambahan pada titik friksi atau pada posisi lain yang lebih tinggi yang menjauhi titik friksi. Kekuatan anchor ini juga harus dipilih beban vertical. Pemasangan anchor bisa dengan Y anchor, distribution anchor, bahkan bisa ditambahkan back-up. Pada waktu lintasan ini dilewati maka anchor ini berubah fungsi menjadi main anchor.penyambungan tali pada anchor intermediet dilakukan dengan saling mengaitkan kedua tali dan ditambahkan pada anchor.
Deviasi anchor
Anchor ini menghilangkan friksi dengan cara menarik arah lintasan tali kearah luar dari titik friksi, dan jarak antara main anchor dengan anchor deviasi menunjukkan besar sudut pergeseran, yang berarti menentukan beban horizontal yang akan diterima anchor deviasi. Sehingga bisa dikatakan bahwa semakin dekat anchor deviasi dengan main anchor dengan panjang tarikan yang sama menambah daya tarik horizontal yang diterima anchor deviasi.
Manajemen Rigging
Selain kemampuan personal dalam teknik pemasangan lintasan, diperlukan pula suatu pengaturan kerja di dalamnya.
Organisasi Rigging
Dalam setiap kegiatan rigging minimal dilakukan oleh dua orang yaitu :
1. Rigging man (Rm), adalah orang yang bertugas memasang lintasan utama, orang ini selalu bertanggungjawab atas keamanan dan kekuatan lintasan yang telah dipasang. R man harus benar-benar menguasai tekhnik vertical (SRT, Climbing,Rescue dll), tekhnik rigging, peralatan dan jam terbang yang cukup.
2. Asisten rigging (Ar), yaitu orang yang bertugas membantu rigging man untuk menyiapkan peralatan rigging yang dibutuhkan, dan memastikan keamanan riggingnya dengan melakukan belaying.
Packing
Untuk mengefisienkan proses pemasangan lintasan, packing peralatan yang digunakan harus dilakukan dengan benar :
a. Packing tali secara terpisah, jika terdiri dari banyak potongan tali, tentukan urutan tali yang dipacking pada tiap tacklebag sesuai dengan perencanaan operasional.
b. Sebisa mungkin pisahkan peralatan logam dan non logam dan kelompokkan tiap jenis sesuai dengan fungsinya. Sehingga ketika membutuhkannya mudah untuk mengambil dan menghindari tercecrnya peralatan.
Prosedur Pemasangan Lintasan
a. Jangan berdiri terlalu dekat dengan pitch, cari dan uji anchor yang akan mengamankan Rm untuk mendekati bibir pitch dan proses selanjutnya. Persiapkan peralatan yang mungkin akan digunakan Rm (Webbing, Carabiner, Hammer dll)
b. Dekati bibir pitch dengan belay oleh Ar, perkirakan kedalaman pitch, perkirakan bentuk pitch dan friksi yang ada, cari kemungkinan letak anchor yang akan digunakan dan bentuk lintasan yang akan dibuat, jika Rm memerlukan peralatan tambahan, informasikan ke Ar.
c. Cari posisi anchor yang lebih tinggi dari bibir pitch dengan tetap memperhatikan keamanan. Pada tahapan ini kecermatan, disiplin dan konsentrasi jauh lebih baik dari pada kecepatan. Selalu uji dulu kondisi-kondisi dan kekuatan anchor yang akan kita gunakan. Pasang back-up dan main anchor. Setelah siap dipindahkan kelintasan utama, berdirilah di bibir pitch, perkirakan anchor tambahan yang diperlukan untuk membebaskan lintasan dari friksi.
d. Bersihkan lantai atau dinding yang dilewati dari batu yang mungkin runtuh ketika anggota tim lain melewati.
e. Informasikan ke Ar untuk disampaikan ke anggota tim yang lain tentang lintasan yang dibuat (Intermediet, deviasi, sambungan), ataupun lintasan yang memerlukan maneuver khusus untuk melewati lintasan yang ada.
f. Informasikan pula keadaan medan, kondisi yang bisa mengakibatkan kecelakaan (menghindari ornamen, binatang, lantai licin, rock fall dll)yang perlu dicermati.
g. Gunakan kode yang disepakati untuk berkomunikasi, contoh :
1. Rope free, kode bahwa lintasan sudah bebas/ siap untuk digunakan. Pada proses Descending jika penelusur sampai ke bawah, cari posisi aman, sebelum memberikan aba-aba ini.
2. Rock fall, peringatan adanya batu yang terlepas dan jatuh kepada penelusur yang ada di bawah.
3. Dll

MOUNTAIN SICKNESS

Penyakit Gunung. Semakin tinggi suatu daerah semkain rendah kadar oksigennya. Ini mempengaruhi aktivitas seorang pendaki gunung karena Hipoksia. Pengaruh kekurangan oksigen ini tergantung  pada masing-masing individu, terutama kesegaran jasmaninya. Ada pendaki gunung yang sudah terkena pengaruh pada ketinggian 2000 meter , tetapi ada juga yang baru merasakannya pada ketinggian 4000 meter atau lebih.

Pendaki yang terkena pengaruh hipoksia akan memperlihatkan gejala-gejala yang disebut “penyakit gunung” (Mountain Sickness). Biasanya gejala ini muncul karena pendaki gunung terlalu cepat mencapai disuatu ketinggian. Kumpulan gejala tersebut berupa pusing. Nafas sesak,  tidak nafsu makan, mual, muntah, kedinginan, badan terasa lemas, perasaan malas sekali, jantung berdenyut lebih cepat, dan sakit kepala, selanjutnya penderita tidak dapat tidur, muka pucat, kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.
Pada umumnya gejala-gejala ini akan menghilang setelah beristirahat, yaitu selama 24 sampai 48 jam kemudian. Karena itu, penderita penyakit gunung dianjurkan untuk beristirahat agar kebutuhan tubuh akan oksigen dapat dikurangi. Tetapi kalau usaha ini tidak berhasil, maka penanggulangan yang tepat adalah menurunkan si penderita dari ketinggian.  Cara lain untuk mengatasinya ialah dengan bernafas dalam-dalam dan cepat agar oksigen banyak yang masuk kedalam sistem pernafasan kita, tapi cara ini sangat melelahkan dan lama-kelamaan  akan menimbulkan pusing atau bahkan mual akibat pengaruh kehilangan karbon dioksida.
Edema Paru ; Kebocoran plasma darah kedalam jaringan paru-paru menyebabkan kantung-kantung udara tidak efektif lagi untuk pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Ini yang menyebabkan apa yang disebut edema paru.
Gejala-gejala edema paru biasa  muncul setelah kira-kira ketinggian 3000 meter, yaitu 12 jam sampai 36 jam setelah si penderita kekurangan oksigen. Semakin besar pengerahan tenaga di ketinggian yang kurang oksigen itu, semakin berkembang edema paru.  Untuk penanggulangan yang segera dilakukan adalah beristirahat.
Sepintas gejala-gejala edema paru mirip dengan penyakit gunung yang akut (AMS; Acute Mountain Sickness). Gejala-gejala tersebut adalah : Nafas terputus-putus (dada terasa terhimpit), mual, tidak nafsu makan, batuk kering yang dilanjutkan dengan batuk berdahak, dahak berdarah, denyut nadi sangat cepat (120 sampai 160 per menit), nafas terdengar rebut (suara bergelembung dari dada), serta kuku, muka, dan bibir kebiru-biruan). Segera turunkan penderita dari ketinggian. Bila penderita kehilangan kesadaran disertai dengan gelembung busa putih atau merah jambu di mulut atau hidung. Begitu gejala pertama muncul (pusing sekali dan batuk-batuk) secepatnya lakukan evakuasi dengan membawa korban ketempat yang lebih rendah.
Sebelum melakukan pendakian sebaiknya lakukan proses Aklimatisai terlebih dahulu.
Kepanasan; Rasa panas yang berlebihan disebut lejar panas (heat exhaustion) dapat dialami oleh seseorang karena keadaan alam yang panas atau karena fisiknya yang lemah. Keadaan ini menyebabkan urat-urat darah di bawah kulitnya mengembang, sehingga aliran darah ke otak dan organ penting lainnya berkurang. Timbul gejala-gejala:  mual, pusing, haus, sakit kepala, kulit lembab dan dingin, tidak sadar  diri, dan mungkin urat nadi berdenyut keras.
Aklimatisasi yang kurang terhadap panas, terjadinya dehidrasi atau kekurangan garam dalam tubuh, membuat seseorang peka sekali terhadap rasa panas. Untuk menanggulangi ini, si penderita harus beristirahat di tempat yang teduh, lalu diberi minum air dingin yang diberi garam atau tablet garam.
Terik matahari dapat membuat rasa panas yang luar biasa, menimbulkan gejala yang disebut sengatan panas (heat stroke atau sun stroke, yaitu muka merah dan panas, denyut urat nadi cepat, sakit kepala, lemah, dan malas. Tempatkan  segera sipenderita ditempat yang sejuk, lalu dinginkanlah dengan cara merendam kepalanya dengan air, segera minum dengan air dingin secara terus menerus.
Radang Dingin; Di gunung es, udara sangat dingin bias mempengaruhi otot sehingga menyulitkan koordinasi tubuh, kalau ini terjadi si penderita akan sulit meyalakan korek api, membuat simpul tali, atau memegang benda-benda kecil. Kalau tempratur kulit menurun dibawah 10 derajat celcius, sentuhan rasa sakit di kaki atau lengan tidak terasa. Begitu tempratur menurun lagi panyakit radang dingin (frostbite) akan timbul. Sebagai akibat membekunya air didalam sel-sel antara kulit dengan kapilar (pembuluh darah terkecil).
Radang dingin ditandai oleh kulit yang pucat dan berwarna putih keabu-abuan . Rasa sakit mula-mula muncul, tetapi kemudian mereda. Bagian yang terkena radang dingin terasa dingin atau bahkan mati rasa. Dan akan terjadi pembekuan otot kemudian ketulang, kalau tidak dihentikan pembekuan akan meluas. Sehingga satu-satunya jalan untuk menghentikannya adalah memotong (amputasi) bagian yang terkena radang dingin itu.
Buta Salju ; Semakin tinggi suatu daerah, semakin besar pengaruh ultraviolet. Kalau pengaruh ini berlangsung terus menerus, terutama digunung  es, permukaan mata akan terbakar dan jaringan kulit disekitarnya akan menyebabkan penyakit yang disebut Buta Salju. Penyakit ini tidak timbul seketika, tetapi delapan sampai dua belas jam kemudian. Mula-mula mata terasa perih dan kering, baru kemudian merasa seperti  “ terisi oleh pasir”. Menggerakkan dan mengedip-ngedipkan mata akan terasa sakit, air mata banyak bercucuran, kelopak mata merah dan bengkak.
Buta salju akan menghilang sendiri beberapa hari kemudian, dan yang terpenting adalah beristirahat, tutuplah mata dengan kain bersih, jangan sekali-kali menggosok-gosok mata, karena dapat menyebabkan iritasi dan infeksi.

Sabtu, 09 April 2011

Materi Survival Dasar

Dalam melakukan perjalanan Alam terbuka, seorang Petualang perlu membekali diri dengan pengetahuan SURVIVAL. Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu .dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.

Mengapa Ada Survival ?
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain : Keadaan alam (cuaca dan medan), Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan), Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan), Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak., antara lain : mental ,kurang lebih 80% kesiapan kita dalm survival terletak dari kesiapan mental kita.
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
• Keadaan alam (cuaca dan medan)
• Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
• Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tsb, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
- Akal sehat
- Disiplin dan rencana matang
- Kemampuan belajar dari pengalaman
2. Pengetahuan
- Cara membuat bivak
- Cara memperoleh air
- Cara mendapatkan makanan
- Cara membuat api
- Pengetahuan orientasi medan
- Cara mengatasi gangguan binatang
- Cara mencari pertolongan
3. Pengalaman dan latihan
- Latihan mengidentifikasikan tanaman
- Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan
- Kotak survival
- Pisau jungle , dll
5. Kemauan belajar
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
• Mengkoordinasi anggota
• Melakukan pertolongan pertama
• Melihat kemampuan anggota
• Mengadakan orientasi medan
• Mengadakan penjatahan makanan
• Membuat rencana dan pembagian tugas
• Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
• Membuat jejak dan perhatian
• Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
- Sering berlatih
- Berpikir positif dan optimis
- Persiapan fisik dan mental
2. Matahari / panas
- Kelelahan panas
- Kejang panas
- Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
- Penyakit akut/kronis
- Baru sembuh dari penyakit
- Demam
- Baru memperoleh vaksinasi
- Kurang tidur
- Kelelahan
- Terlalu gemuk
- Penyakit kulit yang merata
- Pernah mengalami sengatan udara panas
- Minum alkohol
- Dehidrasi
Pencegahan keadaan panas :
- Aklimitasi
- Persedian air
- Mengurangi aktivitas
- Garam dapur
- Pakaian :
- Longgar
- Lengan panjang
- Celana pendek
- Kaos oblong
3. Serangan penyakit
- Demam
- Disentri
- Typus
- Malaria
4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih
5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya
6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan
Untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian
Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Macam :
a. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
b. Shelter buatan dari alam
c. Shelter buatan
Syarat bivak :
Hindari daerah aliran air
Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
Bukan sarang nyamuk/serangga
Bahan kuat
Jangan terlalu merusak alam sekitar
Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
• Obat nyamuk, autan, dll
• Bunga kluwih dibakar
• Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
• Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
• Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
• Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
• Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
• Jangan dipijit-pijit
• Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
• Teteskan air tembakau pada lintahnya
• Taburkan garam di atas lintahnya
• Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
• Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
• Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
• Letakkan cabe merah pada jalan semut
• Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
• Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
• Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
• Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
• Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
• Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
g. Ular
Pembahasan lebih lanjut dalam materi EMC
Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam trap :
• Perangkap model menggantung
• Perangkap tali sederhana
• Perangkap lubang jerat
• Perangkap menimpa
• Apace foot share
Bahan :
• tali/kawat
• Umpan
• Batang kayu
• Cabang pohon
Membaca Jejak
Jenis :
• Jejak buatan : dibuat oleh manusia
• Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
• Jenis binatang yang lewat
• Arah gerak binatang
• Besar kecilnya binatang
• Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
• Kotoran yang tersisa
• Pohon atau ranting yang patah
• Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
2. Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar
2. Air sungai tergenang
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan
Makanan
Patokan memilih makanan :
• Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
• Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
• Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
• Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
• Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam Hubungan air dan makanan
• Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
• Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
• Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
• Batang pohon pisang (putihnya)
• Bambu yang masih muda (rebung)
• Pakis dalamnya berwarna putih
• Sagu dalamnya berwarna putih
• Tebu
Dari daunnya :
• Selada air
• Rasamala (yang masih muda)
• Daun mlinjo
• Singkong
Akar dan umbinya :
• Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya :
• Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
• Jamur merang, jamur kayu
Ciri-ciri jamur beracun :
• Mempunyai warna mencolok
• Baunya tidak sedap
• Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
• Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
• Bila diraba mudah hancur
• Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
• Tumbuh dari kotoran hewan
• Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan
• Belalang
• Jangkrik
• Tempayak putih (gendon)
• Cacing
• Jenis burung
• Laron
• Lebah , larva, madu
• Siput
• Kadal : bagian belakang dan ekor
• Katak hijau
• Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
• Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
• Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
• Mengandung racun : penyu laut
• Mengandung bau yang khas : sigung
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
1. Dengan lensa / Kaca pembesar
Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2. Gesekan kayu dengan kayu.
Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
3. Busur dan gurdi
Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.
Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kit
Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :
• Perlengkapan memancing
• Pisau
• Tali kecil
• Senter
• Cermin suryakanta, cermin kecil
• Peluit
• Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
• Tablet garam, norit
• Obat-obatan pribadi
• Jarum + benang + peniti
• dll

Cara Mengetahui Ketinggian Suatu Tempat

Kadangkala kita dihadapkan pada kondisi dimana kita harus dapat menentukan ketinggian suatu tempat,akan tetapi kita tidak mempunyai alat untuk menentukan ketinggian(altimeter), hal itu dapat diatasi dengan cara :


-Lihat terlebih dahulu interval peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin kita ketahui, memang ada rumusan umum interval kontur= 1/2000 skala peta. tetapim rumus ini tidak selalu benar, beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1:50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 1:25.000 dengan interval kontur tetap 25 meter.
Pada suatu kondisi tertentu yang mendesak, misalnya SAR gunung hutan, sering kali peta diperbanyak dengan cara di foto kopi. Untuk itu, interval kontur peta tersebut harus tetap ditulis. Peta keluaran Bakosurtanal (1:50.000) membuat kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 meter, atau setiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS (skala 1:50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 meter. peta keluaran Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan ketebalan garis konturnya. Dengan demikian tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis kontur tebal.
Bila ketinggian kontur tidak dicantumkan, maka kita harus menghitung ketinggian suatu tempat dengan cara :
1. Cari 2 titik berdekatan yang harganya tercantum
2. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
3. Dengan mengetahui selisih ketinggian kedua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang didapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).
4. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada diatas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. bila kontur terletak dibagian bawah, harganya lebih kecil). Hitung harga kontuir terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari no 3. lakukan perhitungan diatas beberapa kali sampai yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda agar mudah mengingatnya.
Titik Triangulasi
Selain dari garis kontur, Kita dapat dapat mengetahui tinggi suatu tempat dengan bantuan titk ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya titik Triangulasi, yaitu suatu titikatau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakn tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat dalam pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Macam titik triangulasi :
- Primer : P.14/3120 Kuarter : Q.20/1350
- Sekunder : S.75/1750 Tersier : T.16/975
Mengenal Tanda Medan
Di samping tanda medan yang terdapat pada legenda. Peta topografi biasa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok dilapangan dan mudah dikenali di peta, yang kita sebut tanda medan. Beberapa tanda medan dapat anda “baca” dari peta sebelum anda berangkat ke lokasi, tetapi kemudian harus ada cari dilokasi, tanda-tanda medan itu antara lain :
- puncak gunung atau bukit, punggungan gunung, lembah antara dua puncak, dan bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok.
- lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing di tepi sungai.
- belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.
- bila berada di pantai, muara sungai akan menjadi tanda medan yang sangat jelas , begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta dan sebagainya
- di daerah daratan atau rawa-rawa biasanya sukar mendapatkan tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan. Permukaan kelokan-kelokan sungai, cabang-cabang sungai, muara sungai kecil.
- dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, delta dan sebagainya dapat dijadikan sebagai tanda medan.
Pengertian tanda medan ini mutlak untuk dikuasai. Akan selalu digunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta kompas.
Kompas
1. Guna Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.
Secara fisik, kompas terdiri atas : a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada; b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya; c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.
2. Jenis-Jenis Kompas, dalam suatu perjalanan banyak macam kompas yang dapat dipakai, pada umumnya dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas bidik(misalnya kompas prisma) dan kompas orienteering (misalnya kompas silva). Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan di peta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris. Kompas silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu dalam pembacaan dan perhitungan di peta. Kompas yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.
3. Pemakaian Kompas,kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok, karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.
Altimeter
altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. Dengan menyusuri punggungan-punggungan yang mudah dikenali di peta, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :
- setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti.
- Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur.

Materi tentang Kompas

Kompas yang baik mempunyai cairan yang terdapat di dalamnya; cairan tersebut mengatur gerakan dari jarum, sehingga anda dapat menggunakan kompas dengan baik walaupun memegangnya kurang dengan sempurna. Jangan membeli kompas yang murah tetapi tanpa cairan yang terdapat di dalamnya. Jarum kompas diwarnai dalam dua warna. Jika kompas digenggam secara benar (mendatar), ujung warna merah mengarah ke utara, dan putih mengarah ke selatan. An interesting detail is that there are northern- and southern-hemisphere compasses. This has to do with the fact that the magnetic field lines, to which a compass needle aligns, point into the earth at the north and south magnetic poles. Ketika anda menggunakan kompas utara hemispher di, katakanlah, austeralia, arah selatan dari magnet mengarah kebawah oleh medan magnet, dan juga lebih berat dibanding arah utara – hasil di jarum yang dapat ditangkap dan ditarik pada dasar kompas ketika kompas diletakkan secara horizontal.


Ada Dua Tipe Kompas Orienteering : 
Baseplate atau Kompas Protractor
Kompas tipe ini ditemukan oleh Kjellstrom bersaudara semasa perang dunia II dan terdiri atas sebuah rectangular baseplate, yang ditandai dengan panah warna merah sepanjang axis, dan lingkaran kompas ditandai derajat (hampir di seluruh dunia untuk lingkaran penuh adalahy 360 derajat , tetapi sebagian belahan eropa menggunakan 400 derajat). Tanda dibagian dasar rumah kompas adalah sebuah panah dan sebuah garis paralel di dalam panah tsb. tampilan tambahan mungkin termasuk lanyard untuk memasang kompas di pinggang, garis skala untuk ukuran jarak peta sepanjang satu atau lebih ujung dari baseplate, sebuah cermin untuk membaca peta secara detail, dan lubang berbentuk lingkaran dan segitiga untuk menandai jalur orienteering diatas peta.
Kompas Jempol / Ibujari
Di pertengahan tahun 1980 an, sebuah organisasi orienteering top dari Swedia membuat terobosan untuk mengganti kompas baseplate dengan mempertajam baseplate dan membuat lubang untuk memasang kompas tsb di jempol. Kompas ini lalu dipasang di jempol tangan kiri, diletakkan di atas kompas yang juga dipegang dengang tangan kiri pula. Keuntungan dari sisitem ini adalah peta dan kompas selalu di baca dalam satu unit, peta menjadi lebih mudah di baca dan cepat, ditambah satu tangan bebas bergerak; kekurangan adalah sudut yang sangat akurat sesuai dengan sudut kompas sangat sulit diambil. Kesukaan seseorang biasanya menentukan pemakaian tipe kompas yang akan dipakai; kejuaraan dunia memperbolehkan penggunaan kedua tipe kompas tersebuat. Menggunakan tipe kompas yang lain, ada dua skill dasar yang dibutuhkan seorang orienteer :
Ø Membaca Peta
Ø Mengambil Sudut

Menggunakan kompas untuk membaca peta

Ini adalah teknik yang sederhana, dan ini mungkin kegunaan kompas yang paling penting :
Ø Pegang kompas secara horizontal.
Ø Letakkan kompas mendatar di atas peta.
Ø putar peta sampai “garis utara” dari peta sejajar/satu garis lurus dengan jarum kompas.
Arah peta sekarang sudah sama dengan medan yang sebenarnya. Ini membuat lebih mudah dibaca, seperti membaca tulisan akan lebih mudah dari atas ke bawah.

Mengambil sudut

Setiap arah dapat dinyatakan sebagai sebuah sudut dengan acuan arah utara. di dalam kemiliteran atau kepramukaan, ini dinamakan sebuah “azimuth”, dan sudut-sudutnya dinyatakan oleh angka dengan satuan derajat. Orienteer mempunyai cara yang mudah, hanya mengatur sudut pada kompas mereka dan menjaga jarum tetap dan tidak berubah, yang mana akan membawa mereka ke arah yang di tuju. Cara mudah mengatur arah pada kompas orienteering adalah :
Ø letakkan kompas di atas peta sehingga jarum kompas mengarah ke atas sesuai dengan jalan yang ingin anda tuju.
Ø putar rumah kompas sehingga jarum kompas paralel dengan arah utara yang terdapat di peta (pastikan titik panah utara dan bukan selatan).

Materi Tali Temali

Pendahuluan

Salah satu peralatan vital yang digunakan dalam kegiatan Manjat Tebing dan penelusuran gua adalah Tali. Ada ungkapan yang sering kita dengar dari penggiat Rock Climbing & penelusuran gua adalah “ Tali Adalah Hidupmu“. Ini bukan hanya sekedar ungkapan, tetapi pasti lahir dari pendalaman ataupenghayatan yang dalam terhadap bagaimana tali menjadi sesuatu yang sangat penting, dimana kita menggantungkan nyawa yang kita miliki dengan penuh keyakinan pada seutas tali. Keyakinan kita tentunya didasari karena pengetahuan yang kita miliki tentang tali yang didesain khusus untuk kegiatan kita.
Tali adalah untaian serat panjang yang terbuat dari berbagai bahan yang berfungsi untuk mengikat, menarik, menjerat, menambat, menggantung dsb. Secara etimologi, tali-temali dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali.
Tali pada mulanya berasal dari akar-akar pohon. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan manusia, tali juga mengalami perkembangan, khususnya dalam hal bahan dan konstruksinya. Jika tali pada mulanya hanya berupa akar-akar pohon, maka selanjutnya manusia menciptakan tali dari anyaman serat alam dengan menggunakan peralatan tenun yang masih sederhana. Serat alam yang digunakan kebanyakan dari ijuk atau rambut dan serat alam lainnya seperti kapas, wol, sutera, serta-serat tumbuhan yang lain.
Sayangnya, tali yang terbuat dari serat alam tersebut masih memiliki keterbatasan, yakni serat alam mudah mengalami pembusukan dan penyusutan sehingga tidak bertahan lama. Hal ini tentunya memaksa manusia untuk mencari alternatif tali yang bagus, dan karena tuntutan kebutuhan akan tali yang semakin meningkat, maka terciptalah tali yang terbuat dari bahan sintetis, yang memiliki daya tahan yang lebih lama dan lebih kuat dari tali yang terbuat dari serat alam. Tali ini pertama kali diperkenalkan oleh W.H. Carothers, seorang ahli kimia dan di produksi oleh E.I. du Pont de Memors and Co. pada tahun 1938.
Bahan tali
Tali menurut bahannya terdiri atas dua jenis, yaitu tali yang terbuat dari serat alam dan tali yang terbuat dari serat sintetis. Tali yang terbuat dari serat alam seperti rami (hemp), manila, sisal, dsb. Sedangkan tali jenis serat sintetis adalah sbb:
a. Nylon
Nylon adalah nama sebuah zat kimia dari gugusan polyamida. Terdiri atas dua jenis, yaitu Nilon 6 dan Nylon 6.6. Keduanya memiliki sifat yang hampir sama. Nylon 6 memiliki sejumlah nama sesuai dengan tempat pembuatannya, seperti perlon di Perancis, enkalor di Jepang, dangrilon di Swiss. Nylon 6 ini memiliki titik lebur 2150C – 2200C. Nylon t 6.6 terdiri atas dua jenis, yakni Type 707 digunakan pada Bluewater II dan Type Super 707 digunakan pada Bluewater III. Nylon 6.6 ini memiliki titik lebur 2600C. Nylon 6 memiliki Daya Renggang (Stretch Ressistance), Daya Tahan Abrasi (Abbration Ressistance), serta daya tahan matahari yang lebih bagus dibanding Nylon 6.6.0
b. Polyolefin
Polypropylene dan Polyethylene adalah dua jenis Polyyolefin yang memiliki sifat yang dapat mengapung dan tidak menyerap air. Oleh karena itu kedua jenis bahan ini cocok untuk kegiatan yang banyak berhubungan dengan air. Disamping itu tahan terhadap zat-zat asam. Namun demikian tali dari bahan ini tidak cocok untuk kegiatan Rapplingdan Prusiking. Polypropylene memiliki titik lebur yang tinggi (1650C) dibanding Polyethylene (1100C – 1200C).
c. Polyester
Tali dari bahan ini biasanya terbuat dari Dacron dan Terylene. Kedua bahan ini sebenarnya hampir sama dengan Nylon, namun Terylene memiliki daya tahan sentakan yang lebih rendah dibanding Nylon. Terylene memiliki daya tahan terhadap asam dan alkalis serta memiliki daya tahan abrasi yang bagus.
d. Serat Campuran (Copolymer)
Mengingat serat-serat sintetis yang ada memiliki kelebihan dan kekurangan, maka dengan cara mencampurkan kedua bahan yang berbeda akan menghasilkan jenis tali yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Campuran yang sering dilakukan adalah kombinasi antara Polyester dengan Polyprophylene.
e. Serat Kwalitas Tinggi (High Performance Fibers)
- Kevlar
Serat Kevlar merupakan bahan tali yang memiliki daya tahan pada suhu yang tinggi (8000F atau 4270C) dan memiliki kekuatan tuju kali kekuatan baja. Namundemikian, serat ini tidak than terhadap UV dan beberapa bahan kimia. Kevlar mudah putus jika dibengkokkan, seperti dibuat simpul karena kurang mampu menyerap tekanan longitudinal.
- Spectra
Bahan spectra memiliki kekuatan sampai sepuluh kali kekuatan baja. Tali atau webbing yang terbuat dari bahan ini disebut SPECTRA. Keuntungan dari serat ini adalah tidak mudah meyerap air (mudah terapung), memiliki daya tahan abrasi yang bagus, serta tahan terhadap UV dan bahan kimia. Namun, bahan spectra tidak lentur, tidka kuat jika disimpul, dan memiliki titik lebur yang rendah (1500F atau 660C).
- Liquid Crystal Polymers (LCPs)
Serat ini merupakan serat yang sangat kuat terbuat dari Polymer Kristal cair. Bahan ini memiliki daya tahan terhadap suhu dan bahan kimia yang sangat tinggi.
Konstruksi Tali
a. High-Stretch Kernmantle, tali yang mempunyai elongasi yang tinggi. Tali ini biasanya digunakan untuk Pemanjatan Tebing.
b. Low-Stretch Kernmantle, jenis tali ini mempunyai Elongasi yang kecil dan digunakan untuk kegiatan penelusuran gua
c. Webbing, tali ini adalah jenis tali pipih digunakan sebagai bahan Harness, Foot Loop, Cowstail dan dijadikan Sling untuk pemasangan Anchor.
Persyaratan Tali
Memilih tali yang baik digunakan dalam penelusuran Gua Vertical, harus memenuhi standar minimal dibawah ini :
a. Konstruksinya adalah Kernmantle
b. Breaking Strength, minimal 1500 kg
c. Harus mampu menahan beban sentak minimal dua kali FF1 dengan beban 80 kg.
d. Diameter tali 8 – 11mm
e. Titik Leburnya mencapai 200° C
Diameter Tali
Tali yang sering digunakan berdiameter 3 – 13 mm. Untuk kegiatan Penelusuran Gua vertical tali yang digunakan berdiameter 8 – 11mm. 8 mm sangat baik digunakan untuk gua yang dalam karena ringan yang tentunya memudahkan dalam packing dan membawanya, 9 -10 mm adalah ukuran tali yang standar untuk Caving dan tali 11 mm sangat baik untuk Rescue.
Kekuatan Tali
Untuk mengetahui kekuatan tali kita dapat melihatnya pada Catalog atau Manual Book dari tali tersebut. Biasanya tertulis Breaking Strength (Kekuatan Putus). Satuannya bisa dalam KN (Kilonewton) atau KG (Kilogram). 1 KN kalau dikilogramkan sebanyak 100 Kg. Ada juga yang namanya Numbers of Falls, yaitu berapa kali beban dijatuhkan hingga tali tersebut terputus. (Standarnya menggunakan FF1 dengan beban 80 Kg).
Setelah mengetahui breaking stengthnya yang penting juga harus diketahui adalah SWL (Safe Working Load) atau beban kerja yang aman. Umumnya menggunakan rumus Breaking Strength / 5, kalau penggunaan untuk manusia BS / 10 dan untuk Rescue BS / 15.
berikut ini table tentang Perbandingan kekuatan tali dengan berbagai ukuran diameter.
Diameter
Elongasi 80 kg ( % )
Kekuatan ( kg )
Jumlah Jatuh
FF1 80 kg,jarak 1m
11
1,25
3000
10+
10
2
2500
8 – 20+
9
3
1800
3 – 10+
8
4
1500
2 – 3
7
4
1000
0 – 2
Webbing solid 25 mm
1500 – 2400
Webbing tubular 25 mm
1800 – 2250
Table Perbandingan Kekuatan Tali
Hal yang harus diperhatikan adalah pengurangan kekuatan tali. Ada berapa hal yang bisa mengurangi kekuatan tali yaitu :
- ketika dibuat simpul pada tali, maka pada saat itu pula terjadi pengurangan kekuatan. Pengurangan ini tidak permanen. Hanya pada saat ada simpul tersebut, yaitu disebabkan oleh tegangan dan tekanan yang terjadi pada tali akibat simpul yang dibuat.
- Tali dalam keadaan basah. Tali yang basah bisa berkurang kekuatnnya sampai 35%.
Usia
Kering / Basah
Jumlah Jatuh
FF1 beban 80 kg Jarak 1 m
Baru
Kering
41
Baru
Basah
25
4,5 tahun
Kering
4
4,5 tahun
Basah
4







Test menggunakan tali merk Blue Water II Ø 9mm

Perawatan Tali
Adapun perawatan tali yang dilakukan adalah :
a. Tali baru sebaiknya dicuci sebelum digunakan.
b. Setiap pemakaian perlu dicatat :
- Berapa lama pemakaian.
- Penggunaannya untuk apa.
- Dalam keadaan kering atau basah.
- Menggunakan alat apa, dll.
c. Hindari terkena sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
d. Jangan menginjak tali, karena dapat menekan butiran pasir masuk kedalam tali yang dapat merusak struktur tali.
e. Hindarkan tali dari zat-zat kimia.
f. Setiap habis pemakaian sebaiknya tali dicuci.
g. Mencuci tali sebaiknya menggunakan sikat yang halus atau menggunakan sikat khusus pencuci tali.
h. Sebaiknya tidak menggunakan detergen pada saat mencuci tali.
i. Keringkan ditempat teduh yang tidak terkena cahaya matahari langsung.
j. Simpan ditempat yang kering dengan temperature yang sedang dan digantung, usahakan tidak menempel pada dinding.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates